Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Keimanan Keimunan terhadap Covid-19

Kompas.com - 19/10/2020, 08:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM acara gelar wicara Jaya Suprana Show, Prof Chairul Anwar Nidom sebagai? Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair) merangkap Ketua Riset dan Formulasi Vaksin Corona serta Ketua Dewan Pembina Professor Nidom

Foundation menegaskan bahwa di masa kini sekitar dua ratus upaya mencari vaksin Covid-19 sedang gigih dilaksanakan di mancanegara marcapada masa kini.

Klaim

Masing-masing pengupaya mengklaim diri sudah berhasil atau minimal sudah nyaris berhasil menemukan vaksin Covid-19 mirip klaim para politisi pada masa kampanye pemilihan umum.

Jika para politisi sibuk berkampanye bahwa program dirinya adalah yang terbaik demi memperoleh suara rakyat agar bisa duduk di tahta kekuasaan maka para produsen vaksin sibuk berkampanye bahwa produk vaksin dirinya adalah yang terbaik demi memperoleh restu dari kementerian kesehatan setempat dan WHO untuk bisa dipasarkan di pasar kesehatan.

Mustahil sempurna

Akibat manusia mustahil sempurna maka pada kenyataan dengan sendirinya serta merta tidak ada pula program politik kekuasaan mau pun produk vaksin yang sempurna.

Ketidak sempurnaan vaksin makin dipersulit oleh kenyataan bahwa setiap insan manusia pada hakikatnya memiliki bentuk, jenis dan sifat metabolisme yang saling berbeda satu dengan lain-lainnya.

Tidak ada dua insan termasuk dua insan kembar yang paling kembar yang 100 persen persis sama dan sebangun satu dengan lainnya.

Akibat metabolisme manusia yang beda dari insan yang satu ke insan-insan lain-lainnya maka sebenarnya penanganan kesehatan termasuk vaksinasi yang terbaik bukan massal secara industrial namun individual secara personal.

Akibat penanganan massal merupakan bagian melekat pada industri vaksin yang terpaksa menggeneralisir manusia secara statistikal pukul rata sebagai dasar alasanologis produksi massal yang terpaksa menggenaralisir manusia yang sebenarnya tidak layak digeneralisir sebab manusia bukan robot yang bisa diproduksi secara massal dengan bentuk dan daya yang sama satu dengan lain-lainnya.

Maka ayah saya terpaksa kehilangan satu mata beliau sebagai korban statistik yang menyatakan bahwa profesor doktor spesialis mata yang mengoperasi mata ayah saya yang terganggu katarak dengan rekam jejak sudah berhasil mengoperasi ribuan pasien sebelum ayah saya yang nahas terpaksa menjadi korban kegagalan operasi katarak sang profesor doktor dokter spesialis mata yang nama beliau sengaja tidak saya sebut demi tidak menghancurkan masa depan karier dan sumber nafkah beliau.

Para imunologis yang jujur lazimnya mengakui bahwa imunologi merupakan ilmu yang unpredictable karena apa yang terkesan berhasil di laboratorium belum tentu selalu berhasil ketika diwujudkan di lapangan.

Optimistis

Namun naskah ini bukan pesimis berniat negatif apalagi destruktif menghancurleburkan harapan umat manusia terhadap vaksin Covid-19 yang diharapkan mampu meminimalisir resiko tertular Covid-19 sebagai jenis virus termutakhir yang paling mampu mengadaptasikan diri dengan perubahan lingkungan demi mempertahankan eksistensi mereka.

Naskah ini justru berniat optimistis membangkitkan keimanan keimunan bukan hanya secara biologis namun juga psikososiologis.

Berbekal keimanan keimunan diharapkan sambil menanti pengesahan Menteri Kesehatan beserta WHO atas vaksin yang benar-benar mampu mengurangi risiko tertular Covid-19, pemerintah intensif melakukan 3-T (testing, tracing, treatment) dan setiap warga wajib mandiri meningkatkan daya-imunitas masing masing terhadap Covid-19 dengan melakukan 3-M yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com