Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Herd Immunity Berbahaya dan Tidak Etis, Ini Solusi Atasi Pandemi

Kompas.com - 13/10/2020, 14:25 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gagasan mengenai herd immunity atau kekebalan kawanan dalam menghadapi pandemi virus corona sempat mencuat beberapa bulan lalu. 

Herd immunity terjadi ketika sebagian besar komunitas menjadi kebal terhadap penyakit melalui vaksinasi, atau banyak orang yang terinfeksi kemudian sembuh dan memiliki imunitas bawaan. 

Namun banyak ahli epidemiologi menentang ide ini tanpa adanya vaksin Covid-19. Sebab Covid-19 dinilai penyakit baru yang belum banyak ilmuwan mengetahui sifatnya secara keseluruhannya. 

Termasuk Direktur Jenderal WHO Tedros Ghebreyesus yang mengatakan bahwa pendekatan seperti herd immunity bermasalah secara ilmiah dan etis.

Baca juga: Update Corona di Dunia 13 Oktober: 38 Juta Infeksi | WHO: Strategi Herd Immunity Tidak Etis untuk Penanganan Corona

Kesalahpahaman herd immunity

Dilansir laman WHO, Senin (12/10/2020), baru-baru ini telah ada beberapa diskusi tentang konsep mencapai apa yang disebut "kekebalan kelompok" dengan membiarkan virus menyebar.

Hal itu karena melihat meningkatnya kasus Covid-19 dilaporkan dari seluruh dunia, terutama Eropa dan Amerika. Selama 4 hari terakhir keduanya mencatatkan jumlah kasus tertinggi sejauh ini.

Selain itu banyak kota dan negara juga melaporkan peningkatan rawat inap dan perawatan intensif di tempat tidur.

Menurut Tedros konsep herd immunity terkait dengan vaksinasi dan bukan tentang membiarkan virus menyebar ke banyak orang.

"Herd immunity merupakan konsep yang digunakan untuk vaksinasi, dimana suatu populasi dapat terlindungi dari virus tertentu jika ambang vaksinasi tercapai," kata dia.

Pihaknya mencontohkan herd immunity pada campak, dibutuhkan sekitar 95 persen populasi untuk divaksinasi.

Kemudian 5 persen sisanya akan dilindungi oleh fakta bahwa campak tidak akan menyebar di antara mereka yang divaksinasi.

Sementara itu untuk polio, ambangnya sekitar 80 persen.

"Dengan kata lain, kekebalan kelompok dicapai dengan melindungi orang dari virus, bukan dengan membuat mereka terpapar virus," kata Tedros.

Selain itu dia juga menegaskan bahwa konsep herd immunity dalam artian membiarkan virus menyebar tidak pernah dipakai dalam sejarah.

"Tidak pernah dalam sejarah kesehatan masyarakat, kekebalan kawanan digunakan sebagai strategi untuk menanggapi wabah, apalagi pandemi. Ini bermasalah secara ilmiah dan etika," katanya.

Baca juga: WHO Sebut Orang-orang Salah Paham soal Herd Immunity, Begini Seharusnya...

Halaman:

Terkini Lainnya

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Tren
Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Tren
Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Tren
Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Tren
Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Tren
Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Tren
Mengenal Mepamit dan Dharma Suaka, Upacara Jelang Pernikahan yang Dilakukan Rizky Febian-Mahalini

Mengenal Mepamit dan Dharma Suaka, Upacara Jelang Pernikahan yang Dilakukan Rizky Febian-Mahalini

Tren
Apa Perbedaan antara CPU dan GPU Komputer? Berikut Penjelasannya

Apa Perbedaan antara CPU dan GPU Komputer? Berikut Penjelasannya

Tren
Kucing Calico dan Tortie Kebanyakan Betina, Ini Alasannya

Kucing Calico dan Tortie Kebanyakan Betina, Ini Alasannya

Tren
10 Mei 'Hari Kejepit', Apakah Libur Cuti Bersama?

10 Mei "Hari Kejepit", Apakah Libur Cuti Bersama?

Tren
Kritik Energi Peradaban

Kritik Energi Peradaban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com