PENYEBARAN Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda melandai. Penambahan kasus baru per hari masih berada di atas seribu kasus. Rekor tertinggi kasus harian tercatat pada Kamis (2/7/2020) lalu dengan 1.624 kasus.
Hingga Selasa (7/7), kasus positif Covid-19 secara nasional sebanyak 66.226 kasus. Sebanyak 30.785 di antaranya dinyatakan sembuh dan 3.309 meninggal dunia.
Indonesia kini menempati urutan pertama kasus terbanyak di Asia Tenggara, urutan ketujuh di Asia, dan urutan ke-26 di dunia. Di Asia Tenggara, Indonesia berada di atas Filipina yang mencatatkan 47.873 kasus.
Episentrum penyebaran Covid-19 di Indonesia telah bergeser dari DKI Jakarta ke Jawa Timur. Provinsi ini terus mencatatkan kasus harian terbanyak.
Dalam tiga hari terakhir, Jawa Timur mencatatkan penambahan terbanyak kasus positif, yakni 280 kasus pada Selasa (7/7/2020), 308 kasus pada Senin (6/7/2020), dan 552 kasus pada Minggu (5/7/2020). Total ada 14.601 kasus positif di Jawa Timur, melampaui DKI Jakarta dengan 12.857 kasus.
Presiden Joko Widodo pada Kamis (25/6/2020) lalu saat berkunjung ke Jawa Timur memberikan target dua pekan bagi provinsi tersebut untuk mampu mengendalikan penyebaran Covid-19.
Namun demikian, hingga Selasa (7/7/2020) atau dua hari sebelum tenggat dua pekan berakhir, belum ada tanda-tanda penyebaran mereda. Target dua pekan dari Presiden Jokowi dipastikan meleset.
Epidemiolog Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan penduduk Kota Surabaya memiliki resiko paling tinggi terinfeksi Covid-19 di Indonesia.
Hal ini dilihat dari nilai attack rate Surabaya yang merupakan tertinggi di antara kota-kota di Indonesia, yakni 150 per 100.000 penduduk. Inilah yang membuat Jawa Timur menjadi episentrum baru nasional.
Attack rate merupakan nilai seberapa besar risiko penduduk terinfeksi, yang dihasilkan dari pembagian jumlah kasus kumulatif positif terhadap jumlah penduduk. Attack rate DKI Jakarta tercatat sebesar 105 per 100.000 penduduk.
Tingkat kepadatan penduduk Surabaya yang sangat tinggi, mencapai 8.600 per kilometer persegi, dinilai sebagai penyebab tingginya attack rate.
Selain itu, faktor kedisiplinan warga dan kebijakan pemerintah setempat juga punya andil. Attack rate Surabaya meningkat 75 persen setelah Pembatasan Sosial berskala Besar (PSBB) tak diberlakukan lagi.
Seperti diketahui, pada Selasa (9/6/2020) lalu, Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoardjo resmi menghentikan PSBB dan menyatakan hanya menerapkan protokol Covid-19 secara ketat.
Kekhawatiran akan kondisi penyebaran Covid-19 di Indonesia juga datang dari negara-negara tetangga.
Beberapa waktu lalu, seorang dokter di Negeri Jiran Malaysia, dr. Musa Mohd Nurdin, viral di media sosial karena resah akan situasi di Indonesia. Ia menyebut Indonesia merupakan bom waktu dan meminta pemerintah Malaysia untuk memperketat perbatasan negara.