Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Harga Sejumlah Komoditas Pangan Melambung di Momen Tertentu seperti Ramadhan?

Kompas.com - 25/04/2020, 09:53 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah komoditas pangan mengalami lonjakan harga signifikan menjelang momen-momen tertentu, salah satunya Ramadhan.

Diberitakan Harian Kompas, Jumat (24/4/2020), kelangkaan gula pasir terjadi di Papua dan Papua Barat selama beberapa bulan terakhir. Akibatnya harganya pun melambung hingga Rp 20.000 per kilogram.

Selain gula pasir, harga beragam jenis cabai di Papua juga melonjak drastis Rp 100.000-Rp 110.000 per kilogram jelang Ramadhan kali ini.

Lantas mengapa harga sejumlah komoditas pangan kerap naik signifikan menjelang momen tertentu, semacam Ramadhan?

Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan adanya kenaikan harga sejumlah komoditas terjadi karena sejumlah hal.

"Sebenarnya bukan karena masalah pasokan atau distribusinya, itu hanya sebagai pemicu kedua saja. Pemicu utamanya yaitu penguasaan pasokan," kata Enny kepada Kompas.com, Sabtu (25/4/2020).

Baca juga: 11 Kelompok Pasien yang Dianjurkan Tidak Berpuasa Selama Ramadhan

Penguasaan terkonsentrasi

Pedagang gula pasir di Pasar Induk Cikurubuk Kota Tasikmalaya mengeluhkan harga mahal dan stok mulai sulit sementara penjualannya dibatasi harga eceran tertinggi (HET), Jumat (13/3/2020) pagi.KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Pedagang gula pasir di Pasar Induk Cikurubuk Kota Tasikmalaya mengeluhkan harga mahal dan stok mulai sulit sementara penjualannya dibatasi harga eceran tertinggi (HET), Jumat (13/3/2020) pagi.

Menurut dia, selama barang-barang kebutuhan pokok penguasaannya terkonsentrasi, maka pasti akan ada pihak yang mampu mengatur harga.

"Kalau dalam istilah teori kan price maker gitu atau penentu harga," jelas dia.

Permasalahan ini menurutnya sangatlah krusial dan harus segera diselesaikan oleh pemerintah.

Apabila terdapat pihak yang mampu menguasai pasokan, maka akan dengan mudah untuk mengatur stabilitas harga dan jumlahnya.

Enny menjelaskan, saat ini masih terdapat pengusaha-pengusaha besar yang diberikan privilage atau keistimewaan oleh pemerintah untuk menguasai pasar.

"Jadi ketika mereka menguasai pasar, ya berarti yang mendorong terjadinya integrasi pasar atau penguasaan pasokan ya pemerintah itu sendiri," ujar Enny.

"Sehingga, kalau pemerintah menuduh bahwa instabilitas harga pangan itu karena ulah mafia, lalu mafianya siapa?" kata dia setengah bertanya.

Menurutnya, bila ingin dirunut lebih jauh, sebenarnya hal itu terdapat pelajaran yang dapat diambil yakni pentingnya suatu kebijakan yang tepat.

Baca juga: Dari Gula hingga Keturunan, 11 Mitos Kanker yang Jangan Lagi Dipercaya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com