Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Masyarakat Mulai Tak Mengindahkan Peraturan...

Kompas.com - 15/11/2019, 19:36 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial sempat diramaikan dengan unggahan video yang menampilkan seorang pengendara motor tengah melawan arus di Kecamatan Palmerah, Jakarta pada Rabu (13/11/2019).

Dalam video itu, ditampilkan pengemudi yang melawan arus sedang dihalangi oleh dua pengendara motor lain dan terlibat percakapan yang memicu emosi dari pihak pelanggar.

Awalnya, video tersebut diunggah oleh akun Instagram Thomas Yudhi Samalo, @yudhi samalo.

"Ketika pengendara r15 bosan dengan jalur biasa. Lokasi Palmerah depan Mesjid Failaka @jktinfo @yamahar15id @sportbike_indonesia @brorondm," tulis Thomas dalam keterangan post.

Sebelumnya, sebuah video yang menampilkan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) pun melakukan pelanggaran lawan arus di daerah Nguwer, Sragen, Jawa Tengah dan kemudian dihalangi oleh pengendara motor.

Menanggapi adanya fenomena masyarakat yang cenderung melanggar aturan ini, Dosen Prodi Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI), Dr Sunu Wasono mengungkapkan bahwa kejadian itu terjadi karena kurang disiplinnya masyarakat.

"Yang menyebabkan masyarakat Indonesia cenderung melanggar aturan karena masyarakat kita kurang disiplin," ujar Sunu saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/11/2019).

"Kalau disiplin, mestinya menaati rambu-rambu lalu lintas. Ada atau tidak ada polisi mestinya taat pada peraturan," kata dia.

Menurutnya, sikap kurang disiplin ini dapat diatasi jika adanya penindakan tegas kepada pelanggar.

Baca juga: Sah, SKD CPNS 2019 Pakai Aturan Baru Permenpan

Belum paham hakikat rambu lantas

Sunu juga mengungkapkan bahwa ada sikap pada masyarakat yang takut kepada polisi.
Sikap takut ini kemudian diartikan bahwa masyarakat tersebut belum memahami tentang hakikat rambu-rambu lalu lintas.

"Fenomena tidak taat pada peraturan bisa dijumpai di bidang lain. Misal membuang sampah tidak pada tempatnya, melanggar peraturan/larangan di objek-objek wisata," ujar Sunu.

Selain itu, ada juga peraturan lainnya yang cenderung dilanggar oleh masyarakat, antara lain dilarang berenang pada jarak tertentu di laut.

Menurutnya, sikap ketidaktaatan pada aturan yang berlaku merupakan cermin bahwa para pelanggar tidak menghormati peraturan.

"Mereka mungkin sudah terbiasa melakukan sesuatu tanpa mempedulikan etika," ujar Sunu.

Dari kebiasaan inilah, Sunu menganggap, orang yang terbiasa melakukan pelanggaran atau susah berdisiplin pada umumnya memiliki sifat egois, tidak pandai membawa diri, maunya bertindak sesuai dengan keinginan sendiri, tidak mau tunduk pada aturan, dan bahkan bangga jika berani melanggar aturan.

Tak hanya itu, untuk mengurangi kebiasaan tidak disiplin ini bisa dengan diperlihatkan film atau video yang menggambarkan keindahan berdisiplin itu.

"Film real yang melukiskan betapa tertibnya orang Jepang saat dilanda gempa (mau antre dengan tertib) perlu sering-sering diputar di sekolah dan di rumah," ujar Sunu.

Harapannya dengan penerapan pemutaran film tersebut dapat membangkitkan rasa disiplin bagi lingkungan sekitar.

"Kerja sama Kepolisian dan lembaga pendidikan serta komunitas-komunitas, perlu dilakukan," lanjut dia.

Baca juga: Belajar dari Kecelakaan Purbaleunyi, Ini Aturan Berkendara yang Wajib Diketahui di Jalan Tol

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com