Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Aksi Teror Sering Ditujukan ke Polisi?

Kompas.com - 14/11/2019, 08:31 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah ledakan yang berasal dari bom bunuh diri terjadi di Markas Polrestabes Medan, Sumatera Utara pada Rabu, (13/11/2019) sekitar pukul 08.30 WIB.

Informasi yang beredar, bom bunuh diri tersebut dilakukan oleh terduga pelaku dengan menggunakan jaket ojek online yang masuk melalui pintu depan Polrestabes Medan.

Diberitakan Kompas, Rabu (13/11/2019), pelaku bom bunuh diri yang diidentifikasi sebagai RMN (24), masuk ke Mako Polrestabes Medan dengan modus membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).

RMN datang menggunakan jaket ojek online dan mengaku mau membuat SKCK karena mau masuk CPNS.

Sebelum aksi di Mako Polrestabes Medan, aksi bom bunuh diri juga tercatat pernah terjadi di pos lebaran Tugu Kartasura pada Juni 2019, Mapolresta Solo pada Juli 2016, hingga Mapolres Poso pada Juni 2013 silam.

Lantas kenapa aparat kepolisian kerap dijadikan target oleh pelaku aksi teror?

Menurut pengamat teroris Harits Abu Ulya hal itu dikarenakan siklus dendam saja.

"Terkait dengan tindakan polisi yang sebelumnya menangkap kawan mereka. Dianggap menjadi penghalang tujuan dan misi mereka atau dianggap telah berbuat tidak manusiawi terhadap kawan mereka yang tertangkap," ujar Harits saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/11/2019).

"Saya melihat ini spiral kekerasan dan teror, yang triger-nya bisa jadi hubungan timbal balik antar kawanan pelaku dengan target di masa sebelumnya," imbuhnya.

Selain itu, Harits juga memaparkan beberapa metode analisa kenapa selama ini aparat keamanan khususnya polisi atau markas polisi menjadi target kekerasan atau teror dari segelintir atau sekelompok orang.

Baca juga: Mengapa Teroris Muncul Saat Ada Peristiwa Besar?

Framework Rasional

Adapun metode analisa tersebut adalah framework rasional.

Metodologi tersebut mengkaji korelasi antara teroris dan sasaran dalam aspek kesamaan-kepentingan, konflik kepentingan dan pola interaksi di antara keduanya.

Dalam Framework ini, teroris dan sasaran terornya diletakkan sebagai aktor rasional dan strategis.

"Rasional dalam arti tindakan mereka konsisten dengan kepentingannya dan semua aksi mencerminkan tujuan mereka," ujar dia.

Strategis tersebut dalam artian pilihan tindakan mereka dipengaruhi oleh langkah aktor lainnya (lawan) dan dibatasi oleh kendala (constrain) yang dimilikinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com