KOMPAS.com – Pengawasan terhadap penggunaan media digital pada anak harus dilakukan dengan ketat.
Konsumsi media tanpa pengawasan berpotensi tak tersaringnya konten yang disaksikan anak di media virtual.
Salah satunya akses dan konsumsi terhadap konten bermuatan kekerasan.
Apakah konsumsi konten kekerasan akan berpengaruh terhadap perilaku anak? Jawabannya, iya!
Dikutip dari Healhty Children, anak yang lebih banyak mendapatkan konten kekerasan melalui berbagai media, misalnya film, video, games, internet, dan sebagainya lebih berpotensi memiliki pikiran yang lebih liar, sikap yang agresif, dan mudah marah dalam dunia nyata.
Pernyataan ini sesuai dengan salah satu jurnal di American Academy of Pediatrics (AAP) berjudul “Virtual Violence”.
Baca juga: Mengenal Rating Film, Apa Itu R, G, PG, hingga NC-17 agar Tak Salah Tonton
Mayoritas dari orangtua menganggap konten kekerasan pada media virtual hanya dapat memengaruhi tingkah laku anak-anak lain, tetapi tidak dengan anaknya sendiri.
Umumnya, orangtua akan percaya adanya pengaruh yang terjadi setelah mengalaminya sendiri.
Selain itu, orangtua seharusnya memahami bahwa mereka tidak bisa menyalahkan siapa pun atas sikap keras dan agresif sang anak jika memang mengonsumsi konten kekerasan dari media-media virtual.
Lalu, apa saja tips yang bisa dilakukan oleh orangtua dengan anak yang banyak terpapar konten kekerasan dari media virtual?
Asisten Profesor Pediatrik di UNC Medical School David Hill, MD, FAAP membagikan sejumlah tips untuk para orangtua agar dapat meminimalisir efek kekerasan pada media virtual pada anak.
Diet media
Pertama, jika Anda memiliki anak berusia di bawah 6 tahun, maka jauhkan konten-konten berbau kekerasan dari daftar media yang dikonsumsi anak Anda.
Anak pada usia ini belum memiliki kapasitas untuk memilah mana yang baik dan mana yang tidak, sehingga tidak ada filter yang mereka terapkan.
Bahkan, adegan film kartun juga bisa mereka anggap sebagai realita.
Baca juga: Demam Joker, Ingat Ya, Ini Bukan Film untuk Anak-anak!