Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memaknai Poster Saat Demo Mahasiswa yang Bikin Senyum, Cermin Politik Nir-kekerasan

Kompas.com - 26/09/2019, 09:01 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Foto-foto yang menunjukkan poster dan spanduk dengan tulisan bernada humor dan sarat sindiran saat aksi demo mahasiswa di Gedung DPR sejak Senin (23/9/2019) hingga Selasa (24/9/2019) viral di media sosial.

Para yang mahasiswa yang ikut aksi tersebut terlihat membawa poster dengan tulisan bernada sarkastis untuk mengkritik kebijakan pemerintah saat ini.

Kalimat yang dicantumkan dalam poster-poster itu di antaranya, "Cukup cintaku yang kandas, KPK jangan", "Hutan yang kebakaran, KPK yang dipadamkan", "DPR jangan minta dicubit", dan lain-lain.

Sosiolog dari Universitas Airlangga, Novri Susan, menilai, cara yang digunakan untuk menyuarakan aspirasi ini adalah wujud dari bentuk humor politik yang digunakan untuk menilai pengorganisasian kekuasaan formal negara.

"Gerakan protes mahasiswa saat ini banyak menggunakan humor politik untuk mengoreksi beberapa persoalan terkait kebijakan yang dianggap distortif dalam konsep demokrasi,"ujar dia, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (25/9/2019).

Baca juga: Demo Pelajar Berujung Rusuh, Mendikbud: Jangan Gampang Terprovokasi

Novri mengatakan, ada dua hal penting terkait tujuan penggunaan humor politik oleh kalangan milenial.

Apa saja dua hal penting itu?

Pertama, membangun jaringan sosial dan solidaritas di antara kalangan sendiri karena bahasa paling dekat di era ini adalah penggunaan konsep humor.

Kedua, memberi tekanan terhadap elite-elite politik sebagai identitas milenial yang lebih inklusif dan mencoba jauh dari bahasa kekerasan.

"Pada era 1998 misalnya, seni perlawanan para mahasiswa menggunakan bahasa yang tajam dan keras. Sangat berbeda dengan karakter para mahasiswa era milenial," tambah dia.

Poster unik mahasiswa, di depan Gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019) KOMPAS.com/CYNTHIA LOVA Poster unik mahasiswa, di depan Gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019)
Ia menilai, cara yang digunakan para mahasiswa dalam aksi tersebut merupakan pertanda adanya kesadaran tentang politik nir-kekerasan.

Baca juga: Buntut Demo Anarkistis, DPRD Sumbar Lapor Polisi Soal Perusakan Gedung dan Penjarahan

"Ini adalah satu kesadaran penting agar demokrasi tetap berjalan secara baik dan konstruktif," kata Novri.

Ia juga menilai, poster atau spanduk dengan tulisan sarkastik tersebut bisa menjadi gerakan awal untuk membentuk jaringan dan menekan struktur kekuasaan negara.

Namun, hal tersebut bisa berubah menjadi perlawanan keras politik, yaitu penggunaan bahasa-bahasa yang lebih tajam jika tidak ada perubahan kebijakan sesuai aspirasi publik.

"Jadi, menurut saya, DPR dan Presiden segera memberi respons progresif dari tuntutan para mahasiswa. Sebelum berubah dari humor politik menjadi kekerasan politik," kata dia.

KOMPAS.com/Dhawam Pambudi Infografik: Empat Poin Tuntutan Aksi Mahasiswa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com