Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengertian, Sejarah, dan Manfaat Urban Farming

Kompas.com - 14/07/2023, 20:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Urban farming atau disingkat UF saat ini menjadi suatu istilah yang sedang banyak diperbincangkan.

Namun, sebagian orang belum memahami apa itu urban farming.

Dilansir dari buku Urban Farming untuk Ketahanan Pangan (2019) oleh Sitawati dan teman-teman, istilah UF lebih sering digunakan daripada urban agriculture yang mengandung pengertian sebagai kegiatan pertanian yang dilakukan di dalam atau di sekitar kota.

Pertanian perkotaan adalah proses dan distribusi makanan dan produk lain melalui budi daya tanaman secara intensif dan peternakan yang berada di sekitar kota.

Baca juga: Manfaat Berkebun

Selain itu, UF adalah aktivitas pertanian di sekitar perkotaan yang melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi budi daya pertanian melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan berbagai lahan kosong guna menambah dan memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta meningkatkan perekonomian keluarga.

Berdasarkan skala produksi kegiatan budi daya UF dapat bersifat subsisten hingga skala komersial.

Pertanian subsisten adalah pertanian swasembada di mana petani fokus pada usaha mereka sendiri dan keluarga.

Perbedaan UF dengan pertanian di pedesaan

UF memiliki perbedaam dengan pertanian yang dilakukan di pedesaan karena sistem UF terintegrasi ke dalam sistem ekonomi dan ekologi perkotaan.

Pada UF penduduk perkoaan terlibat sebagai pekerja.

Terdapat pula penggunaan sumber daya perkotaan seperti sampah organik sebagai kompos dan air limbah perkotaan untuk irigasi dan hubungan langsung dengan konsumen perkotaan.

UF berdampak langsung pada ekologi perkotaan, antara lain dengan memasok langsung produk pertanian segar seperti sayuran, susu dan unggas, yang secara tidak langsung turut memberi sumbangan dalam sistem ketahanan pangan secara nasional khususnya di perkotaan.

Baca juga: Langkah-langkah Berkebun dengan Media Tanam

Manfaat urban farming

Menurut sebuah studi, sekitar 30-50 persen zat gizi pada buah dan sayur akan hilang setelah 5-10 hari ditransportasikan dari kebun sampai ke meja konsumen.

Banyak enzim mengalami degredasi terutama enzim yang berperan dalam menyediakan vitamin yang larut air. Seperti vitamin C dan thiamin.

Walaupun, buah dan sayuran dijaga sedemikian rupa kualitasnya dengan penyimpanan dingin dan sebagainya, kandungan nutrisinya akan tetap terus menurun.

Memanen dan mengonsumsi sayuran secara langsung dari kebun, dapat mengurangi efek degradasi zat gizi tersebut.

Baca juga: Cara Menyadarkan Masyarakat Agar Teknik Bertani Tanpa Pembakaran Lahan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com