KOMPAS.com - Sapardi Djoko Damono mulai aktif menulis puisi sejak tahun 1957, ketika masih menjadi murid SMA.
Beberapa buku puisi Sapardi Djoko Damono di antaranya Perahu Kertas, Sihir Hujan, Hujan Bulan Juni, dan lain-lain.
Salah satu puisi Sapardi Djoko Damono adalah Hatiku Selembar Daun yang ditulis pada tahun 1984.
Puisi ini ditulis dengan kata-kata yang rapi dan indah. Berikut puisinya:
Hatiku Selembar Daun
hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput;
nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput;
sesaat adalah abadi sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi.
Sihir Hujan, 1984
Baca juga: Makna Puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar
Dilansir dari jurnal Analisis Semiotika Dalam Puisi "Hatiku Selembar Daun" Karya Sapardi Djoko Damono (2018) oleh Pipin Pirmansyah dan kawan-kawan, makna puisi Hatiku Selembar Daun erat kaitannya dengan tema Ketuhanan.
Puisi ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seseorang yang diibaratkan sebagai selembar daun.
Sapardi membuat hubungan antara petanda dan penanda dengan cara menggambarkan manusia yang akan menemui ajalnya sebagai petanda, dengan selembar daun sebagai penandanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.