Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Jika Hutan Bakau Rusak

Kompas.com - 30/09/2021, 20:54 WIB
Silmi Nurul Utami,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.comHutan bakau merupakan salah satu jenis ekosistem yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan di bumi.

Kerusakan hutan bakau menimbulkan berbagai dampak buruk bagi manusia dan lingkungan. Namun, faktanya banyak hutan bakau yang telah rusak.

Dilansir dari NASA, bumi telah kehilangan seperempat hutan bakau dalam 50 tahun terakhir dikarenakan pertanian, akuakultur, pembangunan perkotaan, dan juga eksploitasi berlebihan. Jika laju penggundulan hutan bakau terus dibiarkan, hutan bakau akan semakin rusak.

Dampak hutan bakau rusak

Apa yang terjadi jika hutan bakau rusak? Hutan bakau yang rusak akan menimbulkan dampak berupa:

  • Terjadinya abrasi pantai

Rusaknya hutan bakau berarti gelombang pasang surut laut dengan mudahnya mengikis pantai dan menyebabkan abrasi. Tanpa adanya hutan bakau, garis pantai akan cepat terkikis dan perlahat menyempit karena abrasi.

Baca juga: Ciri Khusus Tumbuhan Pohon Jati, Kaktus, dan Bakau

  • Berkurangnya populasi ikan dan hewan yang tinggal di pohon bakau

Tanaman bakau merupakan ekosistem yang menjadi habitat banyak makhluk hidup. Jika hutan bakau rusak, hewan-hewan yang hidup di dalamnya akan kehilangan tempat tinggal, tempat menyimpan dan menetaskan telur, tempat berlindung, dan mengalami kematian.

Ikan, udang, kepiting, monyet, katak, penyu, dan hewan lainnya yang tinggal di pohon bakau akan kekurangan habitat, mengalami kematian, dan menurunkan populasi mereka.

Menurut Smithsonian Ocean, hilangnya satu mil persegi hutan bakau akan menyebabkan hilangnya 275 ribu ton ikan per tahunnya (sama beratnya dengan paus biru kecil).

Sehingga rusaknya hutan bakau mengurangi jumlah ikan yang tersedia bagi manusia. Hal tersebut bisa membuat manusia kekurangan sumber daya makanan dan juga mata pencahariannya.

  • Badai serta tsunami yang tak terbendung

Kekuatan akar bakau yang dapat memecah gelombang, menjadikan hutan bakau sebagai peredam badai dan juga tsunami sebelum menerpa pesisir.

Berdasarkan Mongabay, pada Tsunami Aceh tahun 2004 beberapa daerah lolos dari kehancuran karena terlindung oleh hutan bakau yang meredam gelombang tsunami.

Rusaknya hutan bakau akan mengakibatkan tidak adanya penghalang dan peredam saat badai siklon maupun tsunami datang. Hal tersebut dapat menyebabkan lebih banyak korban jiwa dan juga kerusakan infrastruktur yang lebih parah.

Baca juga: Penjelasan Hutan Bakau Dapat Menjaga Keseimbangan Alam

  • Rusaknya ekosistem padang lamun dan terumbu karang

Dilansir dari amnh.org, akar bakau menahan seimen dan polutan yang mengalir ke laut sehingga menjaga air ke laut tetap bersih. Rusaknya hutan bakau membuat kualitas air menurun, polutan dan limpasan nutrisi dengan bebas masuk ke laut.

Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem sensitif laut seperti padang lamun dan juga terumbu karang. Kerusakan kedua ekosistem tersebut secara perlahan juga akan merusak kehidupan di laut.

Limpasan nutrisi yang mengalir juga menyebabkan ledakan pertumbuhan alga. Ledakan pertumbuhan alga dapat mengurangi oksigen terlarut dalam jumlah besar dan membunuh makhluk hidup di sekitarnya.

  • Berkurangnya udara bersih

Hutan bakau menyerap polusi karbon dioksida dalam jumlah banyak. Disadur dari Smithsonian Ocean, hutan bakau di dunia dapat menyerap sekitar 34 juta metrik ton karbon diosida per tahunnya. Jika hutan bakau rusak, jumlah karbon tersebut akan tetap berada di atmosfer.

Jumlah karbon dioksida yang tinggi membuat udara kurang bersih dan menyebabkan efek rumah kaca yang berujung pada pemanasan global.

Baca juga: Cara agar Hutan Bakau tetap Lestari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com