Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Sultan Hasanuddin, si Ayam Jantan dari Timur

Kompas.com - 11/01/2021, 20:50 WIB
Serafica Gischa

Penulis

Patung wajah Sultan Hasanuddin, yang terbuat dari bahan gipsum, di Anjungan Pantai Losari, Kota Makassar, sebagai bentuk penghormatanKOMPAS/MUHAMMAD IKHSAN MAHAR Patung wajah Sultan Hasanuddin, yang terbuat dari bahan gipsum, di Anjungan Pantai Losari, Kota Makassar, sebagai bentuk penghormatan

KOMPAS.com - Kerajaan Gowa terus berjaya di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin. Sebagai produsen rempah-rempah, Gowa membuka kerja sama dengan banyak negara, termasuk Belanda.

Namun hal tersebut ternyata tidak disukai Belanda (VOC), karena Sultam Hasanuddin menolak permintaan VOC untuk memonopoli Makassar. Hingga akhirnya terjadi peperangan antara Sultan Hasanuddin dengan VOC.

Raja Gowa ke-16

Dalam buku Biografi Pahlwanan Kusuma Bangsa (2011) karya Ria Listiana, Sultan Hasanuddin lahir di Ujung Panjang, Sulawesi pada tahun 1631.

Memiliki nama asli I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Sultan Hasanuddin adalah putra kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15.

Setelah memluk agama Islam, beliau mendapatm gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana dan lebih dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin.

Baca juga: Isi Perjanjian Bongaya dan Latar Belakangnya

Perjuangan Sultan Hasanuddin

Setelah Sultan Hasanuddin naik tahta, dirinya menggabungkan beberapa kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk bersama-sama melawan Belanda.

Pada tahun 1660, Sultan Hasanuddin mulai memerangi penjajah Belanda. Namun di sisi lain, kerajaan taklukan dari Kerajaan Gowa ternyata membantu Belanda, yaitu Kerajaan Bone.

Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Belanda berusaha menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil salah satunya Gowa.

Pertempuran terus berlangsung, bahkan Belanda menambah pasukan untuk mendesak Gowa agar menyerah. Dugaan Belanda tepat, Gowa mulai melemah dan bersedia mengadakan perjanjian damai, Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.

Meski sudah melakukan perjanjian, Sultan Hasanuddin kembali melakukan perlawanan karena merasa dirugikan. Akhirnya pihak Belanda meminta bantuan tentara dari Batavia.

Baca juga: Biografi Teuku Umar, Pejuang dari Aceh

Karena mendapat bantuan tentara, pasukan Belanda berhasil menerobos benteng terkuat di Gowa, yaitu Benteng Somba Opu pada 12 Juni 1669.

Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan tetap menolak bekerja sama dengan Belanda.

Ayam Jantan dari Timur

Selama perlawanannya dengan Belanda, Sultan Hasanuddin dijuluki De Haantjes van Het Oosten yang artinya Ayam Janntan dari Benua Timur.

Amir Hendarsah dalam bukunya Kisah Heroik Pahlawanan Nasional (2009), menjelaskan julukan tersebut diberikan karena kegigihan dan keberanian Sultan Hasanuddin memimpin perjuangan menentang VOC.

Meski VOC terus menambah pasukannya untuk melemahkan Gowa, Sultan Hasanuddin tak pernah kehabisan semangat untuk terus melawan.

Sultan Hasanuddin meninggal dan dimakamkan pada tanggal 12 Juni 1670 di Katangka, Makassar. Diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.

Baca juga: Biografi Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Bangsa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com