Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Contoh Teks Eksplanasi Bertema Budaya

Kompas.com - 31/12/2020, 17:30 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Teks eksplanasi bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca mengenai latar belakang terjadinya fenomena secara jelas dan logis. Mengandung pernyataan yang memiliki hubungan sebab-akibat.

Eksplanasi diserap dari bahasa Inggris ‘explanation’, yang berarti penjelasan. Menurut Mark and Katty Anderson dalam Text Types in English (2003) teks eksplanasi adalah bentuk teks yang menyajikan serangkaian peristiwa. Berikut contoh teks eksplanasi budaya:

Contoh 1

Kain Tenun Orang Timor

Orang Timor lekat dengan budaya kain tenun. Selain memiliki nilai budaya, kain tenun memiliki fungsi adat. Di Mollo, Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur kain tenun dipakai dalam pesta pernikahan, seserahan, persembahan untuk penyelenggara pesta, atau prosesi kematian.

Di Mollo, perempuan penenun dapat menentukan dengan siapa mereka mau menikah. Pada beberapa kesempatan, kegiatan menenun juga jadi ajang mencari jodoh pada zaman dahulu, terutama di kecamatan Mollo.

Kain tenun sebenarnya ialah pakaian sehari-hari Orang Timor. Akibat perubahan zaman, kini kain tenun hanya dipakai pada acara resmi, pesta, atau upacara tradisi nenek moyang.

Baca juga: Contoh Teks Eksplanasi Bertema Sosial

Contoh 2

Penanggalan Jawa

Kalender Jawa terdiri atas tujuh hari, yang merupakan campuran antara kalender Islam dan lima hari pasaran Jawa. Lima hari pasaran jawa yang dimaksud yaitu kliwon, legi, pahing, pon, dan wage.

Bila dalam ilmu astrologi kita mengenal zodiak, dalam penaggalan Jawa disebut weton. Keduanya dihitung dan digolongkan berdasarkan tanggal lahir.

Sampai saat ini weton masih dipercaya oleh masyarakat Jawa. Penanggalan semacam ini penting digunakan ketika hendak melakukan perjodohan, pernikahan, atau menentukan hari-hari baik lainnya.

Contoh 3

Budaya K-Pop

Fanatisme terhadap idola atau figur publik jadi tren di kalangan remaja. Sebagian besar dari mereka mengidolakan Korean Pop atau K-Pop. Kecanggihan teknologi membuat remaja semakin mudah mengakses berbagai informasi mengenai sang idola. Mereka memiliki basis fans yang cukup besar, serta terhubung melalui jaringan media sosial.

Mengidolakan figur publik memang bukan hal buruk. Namun fanatisme yang melewati batas kemanusiaan menjadi hal yang berbahaya. Perbedaan pendapat antarfans K-Pop kerap menimbulkan ujaran kebencian di media sosial. Pada tingkat paling parah, ujaran atau komentar tersebut dapat mengganggu kesehatan mental, baik kesehatan mental idola, fans, juga pengguna media sosial yang lain.

Mengidolakan figur publik termasuk kebebasan berekspresi. Namun remaja perlu dibimbing agar tidak saling merugikan dan menjaga kesehatan mental.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com