Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vokasi Pilihan Masa Depan

Kompas.com - 14/07/2020, 10:15 WIB
Arum Sutrisni Putri

Penulis

KOMPAS.com - Belajar dari Rumah TVRI SMA 14 Juli 2020 membahas tentang Vokasi Pilihan Masa Depan. Berikut ini materinya:

Vokasi Pilihan Masa Depan

Narasumber: Kamila Latifah (IOS Developer), Kunjung Masehat (Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi), dan Wikan Sakarinto (Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud RI).

  • Sebenarnya apa yang dituju oleh Kemendikbud melalui program vokasi?

Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud RI, Wikan, menjelaskan pemerintah ingin menyeimbangkan jumlah SDM yang sifatnya mengembangkan ilmu dan menerapkan ilmu pengetahuan. Yang menerapkan ilmu pengetahuan lebih ke vokasional yang sifatnya praktik.

Di bawah pendidikan vokasi yang sifatnya vokasional ini, di dalam Dirjen Pendidikan Vokasi ada politeknik, universitas, institut, akademi, SMK, lembaga kursus dan pelatihan. Jenjang pendidikan vokasi ada D1, D2, D3, D4 atau Sarjana Terapan, S2 Terapan dan S3 terapan.

Pilihlah prodi, tempat kuliah atau tempat belajar sesuai passion. Apakah hal berpikir atau mungkin hands on atau praktikal. Kalau sifat atau passion mereka adalah hands on maka tentunya akan ke vokasi.

  • Makin lama makin banyak bermunculan profesi yang baru. Bagaimana perkembangan profesi-profesi baru yang terus bermunculan?

Ketua Badan Nasional Sertifikasi RI, Kunjung, mengatakan data BNSP menunjukkan ada profesi yang tumbuh dan ada pekerjaan yang hilang. Melihat perkembangan industri 4.0 dan Covid-19, profesi baru sangat berkembang khususnya di bidang teknologi pengajaran, pendidikan dan pelatihan.

Selama ini kita tidak pernah melakukan face to face untuk memutus rantai Covid-19, sehingga melakukan program dengan jarak jauh. Akibatnya pekerjaan baru yang tumbuh banyak. Dengan metodologi yang dilakukan, bagaimana kita melakukan assessment, melihat portofolio dan lain-lain. Yang kami lakukan di BNSP adalah Uji Kompetensi Jarak Jauh.

Jangan sampai anak-anak sekarang memilih sesuatu yang tidak tahu persis bagaimana prospeknya. Saat ini ditunjukkan banyak pekerjaan yang tumbuh khususnya di bidang teknologi informasi. Tetapi sebenarnya ada yang tidak hilang juga, contoh di bidang pariwisata, profesi Chef tidak bisa dilakukan secara jarak jauh.

Tetapi bila bicara soal vokasi, maka harus dilakukan perubahan persentase jumlah jam mata pelajaran menjadi 40 persen teori dan 60 persen praktik. Sehingga tercapai pendekatan dua jalur di era sekarang, pendekatan keilmuan dan pendekatan terapan.

  • Sulit untuk meyakinkan orang tua akan profesi-profesi baru yang mungkin masih asing di telinga mereka. Contohnya profesi IOS Developer. Apa itu profesi IOS Developer?

IOS Developer, Kamilia Latifah, menjelaskan profesi IOS Developer dikhususkan sebagai seorang programmer yang membuat aplikasi untuk produk Apple. Kamilia fokus di mobile application yang pekerjaan sehari-hari membuat aplikasi dari nol atau menambahi aplikasi dan membetulkan bila terjadi error.

Untuk meyakinkan orang tua yang tidak familiar dengan profesi tersebut, Kamilia menjelaskan mengenai pentingnya smartphone. Sekarang, orang-orang banyak mengandalkan aplikasi di smartphone untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari, seperti transportasi, makan atau yang lain. Jadi orang tua memahami prospek profesi seorang developer mobile application.

  • Ada berapa jenis profesi inovatif yang menarik di masa depan?

Wikan menjelaskan ada beberapa profesi yang prospektif seperti chef, animator, content creator dan lainnya. Kondisi saat ini mendorong munculnya profesi-profesi yang belum terbentuk sebelumnya. Saat ini profesi yang paling mahal adalah ahli analisa data, campuran dua kompetensi yaitu komputer atau teknik informatika dan bahasa.

Melihat fenomena 4.0 maka pekerjaan yang akan hilang adalah pekerjaan yang akan tergantikan oleh otomasi. Pekerjaan yang muncul adalah pekerjaan yang menciptakan otomasi atau pekerjaan yang tidak bisa tergantikan oleh otomasi yang sifatnya sangat manusiawi seperti dokter dan sebagainya.

Melihat fenomena pandemi menciptakan generasi baru yang mungkin tidak terlalu senang berpergian, generasi dengan pola kehidupan berbeda. Sehingga akan menghasilkan atau memunculkan beberapa profesi baru yang belum bisa dideteksi saat ini. Artinya adik-adik harus menjadi bagian dari perubahan dan mungkin bahkan menjadi agen perubahan.

Masa depan kompetensi dan masa depan workforce

  • Adakah pendidikan vokasi yang bisa menjembatani kebutuhan-kebutuhan industri profesi-profesi baru?

Kunjung menjelaskan bidang vokasi dengan lembaga-lembaga yang melaksanakan pendidikan vokasi menjadi suplai bagi dunia industri. Tetapi harus menyesuaikan dengan kebutuhan industri, perubahan teknologi dan lain-lain.

Untuk menjembataninya, dilakukan skema penyelarasan kurikulum. Sebanyak 2700 SMK telah melakukan penyelarasan kejuruan yang terkait dan sesuai dengan dunia industri. Jembatannya dengan memadukan antara pendidikan dan pelatihan vokasi dengan industri. Tetapi yang mesti diperhatikan adalah bagaimana perubahan dan kebutuhan di dunia industri.

Wikan menambahkan, yang pertama adik-adik harus memilih minat sesuai passion dan yang kedua mengetahui visi pekerjaannya. Selanjutnya, menyadari yang dibutuhkan oleh industri dan dunia kerja adalah kompetensi. Kompetensi artinya kemampuan seseorang. Kompetensi yang dicari oleh industri dan dunia kerja bukan sekedar ijazah.

  • Sebenarnya apa yang harus kita lakukan supaya kita tidak salah untuk memilih jurusan?

Wikan menegaskan, tidak ada prodi suram di dunia ini. Beranilah mengakui passion, pahamilah bakat, bahagia melakukannya, sehingga tidak akan salah memilih Prodi. Banyak belajar, membaca dan amati perubahan dunia, serta diskusi dengan orang tua.

  • Bagaimana agar generasi muda agar benar-benar bisa memilih profesi dan program yang tepat?

Kungjung menekankan, pentingnya menyadarkan orang tua tentang prodi pilihan. Dan yang paling penting adalah kombinasi antara pengetahuan, keterampilan dan attitude yang bagus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com