Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Panas 2023 Jadi yang Terpanas dalam 2.000 Tahun Terakhir

Kompas.com - 17/05/2024, 14:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Peneliti menemukan musim panas 2023 merupakan yang terpanas di Belahan Bumi Utara dalam 2.000 tahun terakhir.

Suhunya hampir 4 derajat celsius lebih hangat dibandingkan musim panas pada periode yang sama.

Baca juga: Tahun 2023 Resmi Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah

Hasil ini didapat setelah peneliti menggunakan informasi iklim masa lalu yang diperoleh dari lingkaran pohon yang terdeteksi setiap tahun selama dua milenium.

Dari situ, ilmuwan dari Universitas Cambridge dan Universitas Johannes Gutenberg Mainz berhasil menunjukkan betapa luar biasanya musim panas tahun 2023.

Dikutip dari Phys, Rabu (15/5/2024), meski memungkinkan adanya variasi iklim alami selama ratusan tahun, tahun 2023 masih merupakan musim panas terpanas sejak masa kejayaan Kekaisaran Romawi.

"Jika Anda melihat sejarah yang panjang, Anda dapat melihat betapa dramatisnya pemanasan global saat ini. 2023 adalah tahun yang sangat panas dan tren ini akan terus berlanjut kecuali kita mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan," kata Ulf Büntgen, dari Departemen Geografi Cambridge.

Penggunaan lingkaran pohon

Dalam studi ini, peneliti menggunakan informasi yang didapat dari lingkaran pohon dari seluruh Belahan Bumi Utara.

Lingkaran pohon tersebut berisi informasi mengenai suhu musim panas setiap tahunnya.

Penggunaan kronologi lingkaran pohon itu pun memungkinkan peneliti untuk melihat lebih jauh ke masa lalu.

Baca juga: NASA Konfirmasi Musim Panas 2023 Jadi yang Terpanas Sepanjang Sejarah

Selama 60 tahun terakhir, pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca mengakibatkan kejadian El Niño semakin parah sehingga musim panas menjadi lebih panas.

Peristiwa El Niño saat ini diperkirakan akan berlanjut hingga awal musim panas 2024 sehingga kemungkinan besar musim panas ini akan kembali memecahkan rekor suhu.

“Memang benar bahwa iklim selalu berubah, tetapi pemanasan pada tahun 2023, yang disebabkan oleh gas rumah kaca, juga diperburuk oleh kondisi El Niño sehingga kita akan mengalami gelombang panas yang lebih lama dan lebih parah serta periode kekeringan yang berkepanjangan,” kata Profesor Jan Esper, penulis utama studi dari Johannes Gutenberg University Mainz di Jerman.

“Jika Anda melihat gambaran besarnya, ini menunjukkan betapa mendesaknya kita untuk segera mengurangi emisi gas rumah kaca,” paparnya lagi.

Para peneliti mencatat bahwa meskipun hasil yang mereka peroleh cukup kuat untuk Belahan Bumi Utara, sulit untuk mendapatkan rata-rata global untuk periode yang sama untuk Belahan Bumi Selatan karena data yang lebih sedikit.

Padahal, Belahan Bumi Selatan juga memberikan respons yang berbeda terhadap perubahan iklim karena wilayah ini lebih banyak tertutup lautan dibandingkan Belahan Bumi Utara.

Studi ini dipublikasikan di Nature.

Baca juga: 2023 Tahun Terpanas, Kerentanan Pangan Dunia Meningkat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com