Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/08/2023, 08:06 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kutub Selatan mungkin tampak abadi dan tidak berubah. Tetapi tinjauan baru telah menunjukkan bagaimana Antartika telah mengalami perubahan ekstrem yang mengejutkan dalam menghadapi krisis iklim yang terjadi.

Di antara banyak kekhawatiran yang disorot dalam makalah baru, para peneliti memperingatkan ada kemungkinan Antartika pada akhirnya akan kehilangan efek pendinginannya di planet ini dan mulai bertindak sebagai radiator.

Baca juga: Misteri Air Terjun Darah Antartika Terungkap, Seperti Apa?

Dalam studi baru ini, peneliti mengumpulkan bukti tentang perubahan yang mulai memengaruhi Antartika dalam hal cuaca, es laut, suhu samudra, sistem gletser, serta keanekaragaman hayati. Temuan mereka menunjukkan perubahan ektrim pada wilayah tersebut.

Perubahan di Antartika

Mengutip IFL Science, Jumat (18/8/2023) satu perubahan mengejutkan yang memengaruhi Antartika adalah gelombang panas.

Pada tahun 2022, Antartika Timur mengalami rekor gelombang panas dengan suhu mencapai 38,5 derajat Celcius.

Baca juga: Dampak Perubahan Iklim, Ikan Predator Teratas Kehilangan Habitat

Secara bersamaan terjadi juga hilangnya es laut secara drastis di Antartika.

Luas es laut minimum pada musim panas 2022 turun hingga di bawah 2 juta kilometer persegi untuk pertama kalinya, sementara luas musim dinginnya turun ke rekor terendah sepanjang tahun.

"Tahun 2023 adalah (sekali lagi) tahun yang ekstrem. Tahun-tahun normal, Samudra Selatan di sekitar Antartika ditutupi oleh sekitar 17 juta kilometer persegi es laut atau setara dengan kira-kira 63 Selandia Baru," kata Mario Krapp, ilmuwan data lingkungan dan iklim di GNS Science.

"Tapi tahun ini kami menyaksikan hilangnya luas yang setara ukuran sembilan Selandia Baru secara mengejutkan," katanya lagi.

Dampak ke keanekaragaman hayati

Perubahan lingkungan yang begitu drastis juga merupakan kabar buruk bagi keanekaragaman hayati yang mendiami Antartika.

Baca juga: Melihat Rekayasa Genetika Tanaman Menghadapi Perubahan Iklim

Temperatur yang lebih tinggi umumnya menghasilkan lebih sedikit krill yang hidup di Samudra Selatan, membuat banyak pemangsa kelaparan dari sumber makanan utama mereka.

Krill adalah crustacea yang menjadi makanan banyak binatang, termasuk burung, paus, cumi-cumi, dan hiu paus. Hasil akhirnya adalah kematian massal di seluruh rantai makanan.

Salah satu contohnya adalah peningkatan jumlah anak anjing laut yang mati di pantai dan berkurangnya jumlah ikan di laut sekitar Antartika.

Dengan perubahan iklim yang semakin memburuk, para peneliti memperingatkan bahwa hampir pasti peristiwa semacam ini akan menjadi lebih parah dan umum. Ini hanyalah puncak dari gunung es.

Kemampuan mendinginkan Bumi

Ada juga ketakutan besar bahwa Antartika dapat mencapai titik kritis dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com