Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/02/2022, 19:15 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung berapi bawah laut Tonga yang meletus bulan lalu ternyata memecahkan dua rekor secara bersamaan.

Rekor pertama dari gunung berapi yang terletak di bawah laut Pasifik Selatan ini adalah, gumpalan vulkaniknya menjadi gumpalan tertinggi dari letusan mana pun yang pernah terekam dalam catatan satelit.

Rekor kedua, ketika erupsi gunung berapi tersebut menghasilkan jumlah sambaran petir yang tak tertandingi, yakni hampir 590.000 selama tiga hari.

"Kombinasi panas vulkanik dan jumlah uap air yang sangat panas dari lautan membuat letusan ini belum pernah terjadi sebelumnya. Itu seperti bahan bakar yang luar biasa banyak untuk badai petir yang besar," kata Kristopher Bedka, ilmuwan atmosfer di Pusat Penelitian Langley NASA yang mempelajari badai ekstrem.

Baca juga: Semburan Abu Vulkanik dari Letusan Gunung Api Tonga Mencapai Ketinggian 58 Km

Seperti dikutip dari Live Science, Kamis (24/2/2022) gunung berapi yang disebut dengan Hunga Tonga-Hunga Ha'apai ini terletak sekitar 65 kilometer di utara ibu kota Tonga, Nuku'alofa dan berada di busur vulkanik Tonga-Kermadec, barisan gunung berapi bawah laut yang membentang di sepanjang tepi barat Lempeng Pasifik kerak Bumi.

Letusan sendiri dimulai pada 13 Januari, menyebabkan ledakan yang memecahkan permukaan air dan menghasilkan petir besar.

Kemudian pada 15 Januari, magma yang naik dari Hunga Tonga-Hunga Ha'apai bertemu dengan air laut di atas gunung berapi, memicu ledakan besar dan tiba-tiba.

Letusan eksplosif seperti itu dapat terjadi ketika magma dengan cepat memanaskan air menjadi uap, yang kemudian dengan cepat mengembang.

Gelembung gas vulkanik yang terperangkap di dalam magma juga membantu mendorong ledakan dramatis ini ke atas dan ke luar air.

Letusan gunung berapi bawah air biasanya tidak melepaskan gumpalan besar gas dan partikel ke udara, tetapi letusan 15 Januari merupakan pengecualian.

Dua satelit cuaca, yaitu National Oceanic and Atmospheric Administration's Geostationary Operational Environmental Satellite 17 (GOES-17) dan Badan Eksplorasi Luar Angkasa Jepang Himawari-8 menangkap citra letusan tersebut.

Hal ini membuat para ilmuwan di Pusat Penelitian Langley NASA memungkinkan untuk menghitung seberapa jauh gumpalan menembus atmosfer.

"Dari dua sudut satelit, kami dapat membuat ulang gambar tiga dimensi awan," kata Konstantin Khlopenkov, ilmuwan di tim Langley NASA.

Baca juga: NASA Sebut Letusan Gunung Api Bawah Laut Tonga 500 Kali Lebih Kuat dari Bom Hiroshima

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com