Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gletser Himalaya Tak Dihujani Salju Baru, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 08/02/2021, 18:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Gletser Himalaya selalu berselimut salju segar setiap Januari, tetapi data grafis badan antariksa nasional Amerika Serikat (NASA) menunjukkan pegunungan ini tak lagi dilapisi salju baru.

Pencairan es di musim dingin yang tidak biasa dalam beberapa bulan terakhir, telah membuat beberapa gletser Himalaya dan pegunungan ini tanpa lapisan baru.

Dikutip dari NASA Earth Observatory, Senin (8/2/2021), menampilkan perbandingan gambar  kawasan pegunungan Himalaya pada musim gugur 13 Oktober 2020 dan 17 Januari 2021.

Gambar tersebut menunjukkan lintasan gletser tinggi Nanpa La dan Nup La yang berada sekitar 50 km barat laut Gunung Everest, selama musim gugur pada 13 Oktober 2020 dan pada musim dingin pada 17 Januari 2021.

Baca juga: Dampak Perubahan Iklim, Tanaman Tumbuh di Zona Tinggi Himalaya

 

Dalam gambar kawasan gletser Himalaya, warna biru terang menunjukkan lapisan salju, biru tua mewakili warna es dan air yang meleleh ditandai dengan warna biru paling gelap.

Dari Oktober 2020 hingga Januari 2021, garis salju (biru terang), gletser Himalaya ini naik 100 meter, menunjukkan adanya pencairan es yang signifikan di area tersebut.

"Sebagian besar gletser sekarang mungkin mengalami pencairan sepanjang tahun. Di tahun-tahun sebelumnya, sebagian besar pencairan berhenti selama musim dingin dan garis salju tidak bergerak, tetapi sekarang tidak seperti itu," kata Mauri Pelto, ahli glasiologi di Nichols College.

Baca juga: Gletser Mencair, Bunga Endemik Pegunungan Alpen Terancam Punah

 

Musim mencairnya es di wilayah sekitar Gunung Everest biasanya terjadi selama musim panas antara April hingga September.

Namun, pada tahun lalu, suhu hangat yang tidak normal telah memperpanjang periode pencairan hingga empat bulan.

Pada 22 Januari 2021, stasiun cuaca di base camp Everest melaporkan suhu maksimum di atas titik beku selama delapan hari pada bulan itu, dan pada 13 Januari suhu mencapai puncaknya pada 7 derajat Celcius.

"Pada dasarnya kami telah melihat kondisi musim semi dan musim panas di tengah musim dingin," kata Tom Matthews, ilmuwan iklim di Loughborough University (Inggris Raya) yang membantu mengelola stasiun cuaca di Gunung Everest yang ditempatkan selama Rolex National Geographic Expedition.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Gletser dan Proses Terbentuknya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com