Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Harus Dilakukan jika Kena Gas Air Mata, Pakai Odol?

Kompas.com - 08/10/2020, 15:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Gas air mata digunakan polisi untuk membubarkan massa aksi tolak omnibus law Undang-undang Cipta Kerja di sejumlah wilayah.

Namun, apa isi kandungan gas air mata? Kemudian apa yang harus kita lakukan jika terkena gas air mata?

Dilansir Encyclopaedia Britannica, gas air mata juga disebut lakrimator, salah satu kelompok zat yang dapat mengiritasi selaput lendir mata dan menyebabkan sensasi menyengat.

Gas air mata juga dapat mengiritasi saluran pernapasan bagian atas, menyebabkan batuk, tersedak, dan hal lainnya.

Baca juga: Sejarah Gas Air Mata, Jadi Senjata Sejak Perang Dunia I

Untuk diketahui, gas air mata pertama kali digunakan dalam Perang Dunia I saat perang kimia.

Namun karena efeknya tidak bertahan lama dan jarang melumpuhkan lawan, gas ini mulai digunakan oleh lembaga penegak hukum sebagai alat untuk membubarkan massa, melumpuhkan perusuh atau tersangka bersenjata.

Zat yang paling sering digunakan sebagai gas air mata adalah senyawa halogen organik sintetis. Ini sebenarnya bukan gas, tapi cairan atau padatan yang dapat menyebar halus di udara melalui semprotan atau selongsong.

Dua gas air mata yang paling umum digunakan adalah ω-chloroacetophenone, atau CN, dan o-chlorobenzylidenemalononitrile, atau CS.

CS merupakan bubuk kristal yang diubah menjadi semprotan halus saat ditembakkan.

CS adalah iritan yang lebih kuat yang menyebabkan sensasi terbakar di saluran pernapasan dan mata tertutup tanpa disengaja. Gas ini menargetkan reseptor spesifik dalam tubuh yang disebut TRPA1 yang berfungsi penting mengirimkan sinyal nyeri ke sistem saraf.

CN adalah komponen utama dari agen aerosol Mace dan banyak digunakan dalam pengendalian kerusuhan. Itu terutama mempengaruhi mata. Efeknya hilang dalam 5 hingga 10 menit setelah menghirup udara segar.

Senyawa lain yang digunakan atau disarankan sebagai gas air mata termasuk bromoaseton, benzil bromida, etil bromoasetat, xilil bromida, dan α-bromobenzil sianida.

Efek gas air mata bersifat sementara dalam banyak kasus.

Pelajar luka terkena gas air mata akibat bentrokan dengan polisi saat demonstrasi menolak Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dan Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) di Slipi, Jakarta Barat, Senin (30/9/2019). Akibat kericuhan ini tol dalam kota di kawasan Slipi lumpuh total.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Pelajar luka terkena gas air mata akibat bentrokan dengan polisi saat demonstrasi menolak Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dan Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) di Slipi, Jakarta Barat, Senin (30/9/2019). Akibat kericuhan ini tol dalam kota di kawasan Slipi lumpuh total.

"Banyak orang berasumsi gas air mata aman. Penting untuk diketahui, faktanya senjata ini benar-benar dapat menyebabkan cedera," ujar Dr. Rohini Haar, seorang dokter gawat darurat dan peneliti di Pusat Hak Asasi Manusia Universitas California, Berkeley dilansir Popular Science.

Gas air mata memicu peradangan pada selaput lendir mata, hidung, mulut, dan paru-paru. Secara umum, gas air mata tidak mematikan namun ada yang beracun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com