Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/03/2020, 16:53 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. Dr. C.A Nidom, drh,. MS mengaku masih mencari formulasi obat herbal yang tepat untuk melawan corona.

Seperti kita tahu, nama Nidom terdengar luas saat dia pertama kali mengatakan bahwa ramuan jahe dapat mencegah penularan virus corona atau Covid-19.

"Formulasi (ramuan) terdiri dari jahe, kunyit, temulawak, sereh, dan bahan lainnya. Bahan-bahan ini biasa disebut sebagai empon-empon," ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (19/2/2020).

Menurutnya, formulasi empon-empon yang dibuatnya berawal dari formulasi yang dibuat saat wabah flu burung yang merebak pada 2008 silam.

Baca juga: Viral Mpon-mpon Bisa Tangkal Virus Corona, Ini Penjelasan Para Ahli

Filosofi penelitian empon-empon

Kepada Kompas.com, Nidom menceritakan kenapa dirinya dan tim tertarik membuat Antiviral atau antivirus - sejenis obat yang mampu mengobati atau menghilangkan virus tertentu - dengan menggunakan bahan dasar tanaman herbal.

"Jadi saya melihat bahan alami itu berhenti di statement hanya untuk penyegaran tubuh, imunomodulator, dan lain sebagainya. Nah, kenapa tidak dilanjutkan, formula jamu ini bisa digunakan untuk membunuh virus A atau bakteri A," katanya saat dihubungi Sabtu (28/3/2020).

Berangkat dari hal tersebut, Nidom dan tim meneliti apakah formulasi jamu tertentu dapat membunuh suatu virus atau bakteri.

"Itu yang pertama. Yang kedua, penerimaan teman-teman yang ada di bidang medis terhadap formulasi bahan alami itu tidak sepenuhnya 100 persen. Ini berbeda dengan negara China, di mana antara pengobatan modern dan tradisional itu berdampingan," ungkapnya.

Empon-emponShutterstock.com / Puspa Mawarni168 Empon-empon

Nidom menjelaskan, bahan-bahan pengobatan modern yang berasal dari konsep barat hanya menggunakan senyawa tunggal yang dimurnikan sedemikian rupa.

Sementara pengobatan timur, termasuk China dan Indonesia, yang menggunakan tanaman herbal disebut Nidom multi compound. Dia mengatakan, dalam satu jamu terdiri dari banyak senyawa.

"Sehingga kalau teman-teman dokter mengobati dan menggunakan konsep barat, maka obat yang diberikan untuk satu penyakit ada banyak. Bisa saja satu orang menerima lima jenis obat," ungkapnya.

"Nah harusnya konsep timur diperdalam. Karena dengan multi compound tadi tentunya bisa untuk mengobati," imbuh peneliti yang bergelut di bidang virus dan infeksi itu.

Kedua hal inilah yang dikatakan Nidom menyadarkannya bahwa tanaman herbal juga dapat digunakan untuk memerangi covid-19.

Baca juga: Simpang Siur Curcumin pada Jahe dan Kunyit Terkait Corona, Apa Manfaat Sebenarnya?

Penelitian

Nidom, yang menjabat sebagai Ketua Riset Corona dan Formulasi Vaksin di Profesor Nidom Foundation (PNF) mengatakan bahwa ia bersama timnya tengah mengembangkan formulasi obat dari curcumin.

Berdasar hasil riset yang pernah dibuatnya tahun 2007-2008 tentang curcumin untuk wabah flu burung (H1N1), kini dia membuat formulasi dari curcumin untuk melawan Covid-19.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com