Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sama-sama Usia 25 Tahun, Gaji Tukang di Australia Lebih Tinggi daripada Sarjana

Kompas.com - 26/04/2023, 22:28 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

CANBERRA, KOMPAS.com - Menjadi sarjana merupakan pilihan populer bagi banyak lulusan SMA di Australia dan mungkin juga di berbagai belahan dunia lainnya. Namun, penelitian terbaru menunjukkan para lulusan universitas kurang puas pada pencapaiannya dan mendapat penghasilan lebih rendah dibanding pekerja kasar, pada usia 20-an tahun.

Hampir 3.000 anak muda menjadi bagian dari survei yang dilakukan Australian Industry (Ai) Group's yang mengadakan penelitian mengenai "awal jenjang karier dan kemungkinannya" bagi mereka yang berusia 25 tahun.

Mereka yang disurvei tersebut hampir 50 persen adalah lulusan S1 atau lulusan S2.

Baca juga: Potret Sulit Cari Kerja di Australia: Punya Gelar S2 Jadi Tukang Cuci

Kesimpulan survei mengatakan bahwa mereka yang memilih sekolah kejuruan dan menjadi pekerja kasar atau tukang mendapat penghasilan lebih baik dari lulusan universitas, dengan perbedaan pendapatan di usia tersebut sebanyak 16 persen.

Hal itulah yang dialami dan dilakukan oleh Braidan Quinlan ketika dia memutuskan berhenti dari kuliah di universitas dan belajar untuk menjadi tukang kayu.

Mereka yang bekerja sebagai tukang di Australia biasa disebut sebagai tradies.ABC NEWS/LIZ PICKERING via ABC INDONESIA Mereka yang bekerja sebagai tukang di Australia biasa disebut sebagai tradies.
Jalur menjadi tukang itu tidak pernah dipikirkan sebelumnya oleh Braidan karena tingginya tekanan saat SMA agar dia melanjutkan ke perguruan tinggi.

"Ketika saya di kelas 12, tidak ada sama sekali diskusi mengenai pertukangan atau sekolah kejuruan (di Australia dikenal dengan istilah TAFE)--lebih banyak dorongan untuk ke universitas," kata Braidan.

"Semua orang ingin ke universitas, pikiran semua orang itu adalah jalan yang benar, tetapi kalau saya bisa memutar waktu saya ingin memulai magang menjadi tukang ketika saya masih remaja.

"(Jika itu saya lakukan) kemungkinan besar saya akan sudah jauh lebih berpengalaman dari sekarang."

Braidan yang sekarang berada di tahun ketiga sekolah kejuruan menolak pendapat bahwa dia harus memiliki gelar sarjana untuk "maju dalam kehidupan."

"Saya menjalani kuliah selama beberapa tahun di universitas, namun merasa itu tidak cocok untuk saya," kata Braidan.

Mayoritas responden adalah tamatan S1.AI GROUP via ABC INDONESIA Mayoritas responden adalah tamatan S1.
"Saya mendapat tawaran magang di HNT Builders dan sangat menikmati apa yang saya lakukan."

Baca juga: Kisah Tukang Sapu Menang Pilkada Lawan Partai Presiden gara-gara Gantikan Kotak Kosong

Belajar dari dunia nyata

Salah satu temuan kunci dalam laporan Ai Group adalah manfaat dari "belajar di dalam dunia nyata", setelah hampir semua tamatan S2 dan sekolah kejuruan mendapatkan kerja penuh waktu di usia 25 tahun, sementara hanya 92 persen dari lulusan S1 yang memiliki pekerjaan di usia tersebut.

Braidan Quinlan berhenti kuliah untuk menjadi tukang kayu.ABC INDONESIA Braidan Quinlan berhenti kuliah untuk menjadi tukang kayu.
Lulusan S2 dan mereka yang lulusan sekolah kejuruan memiliki tingkat kepuasan kerja paling tinggi, secara khusus terkait kemungkinan pelatihan tambahan, selain kesempatan menggunakan keterampilan dan pengalaman dalam pekerjaan.

"Saya senang sekali," kata Braidan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com