Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sama-sama Bermasalah dengan Barat, Rusia dan Korea Utara Tempa Hubungan Lebih Mesra

Kompas.com - 04/11/2022, 16:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Pekan ini, AS mengatakan bahwa pihaknya memiliki informasi yang menunjukkan Korea Utara secara diam-diam memasok Rusia dengan sejumlah besar amunisi artileri untuk perang di Ukraina.

Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Keamanan Nasional AS di Gedung Putih John Kirby pada Rabu (2/11/2022).

Reuters melaporkan, pengiriman amunisi artileri oleh Korea Utara untuk Rusia merupakan tanda lebih lanjut dari hubungan kedua negara yang semakin dalam.

Baca juga: Kian Panas, Korea Selatan Sebut Korea Utara Tembakkan 80 Peluru Artileri

Ketika pengucilan terhadap Rusia akibat invasinya di Ukraina meningkat, Korea Utara muncul sebagai negara yang bersahabat.

Di pihak Korea Utara, hubungan dengan Rusia tidak sehangat seperti pada masa-masa Uni Soviet.

Akan tetapi, sekarang Pyongyang menuai manfaat yang jelas dari kebutuhan Moskwa yang mencari teman.

Baca juga: Waspadai Korea Utara dan China, Jepang Bersiap Terjunkan Rudal Hipersonik

Dukungan

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Korea Utara Kim Jong Un (kanan). Korea Utara pada Selasa (4/10/2022) menyuarakan dukungan untuk pencaplokan Rusia atas wilayah Ukraina yang diduduki pasukannya. Korea Utara juga menuduh AS dan sekutunya bertindak seperti gangster dengan memimpin gerakan di PBB terhadap perilaku Moskwa.
GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Korea Utara Kim Jong Un (kanan). Korea Utara pada Selasa (4/10/2022) menyuarakan dukungan untuk pencaplokan Rusia atas wilayah Ukraina yang diduduki pasukannya. Korea Utara juga menuduh AS dan sekutunya bertindak seperti gangster dengan memimpin gerakan di PBB terhadap perilaku Moskwa.

Komunisme di Korea Utara dibentuk pada hari-hari awal Perang Dingin dengan dukungan dari Uni Soviet. Sementara itu, Korea Selatan mendapat dukungan dari AS dan sekutunya.

Perang saudara di Korea tak terhindarkan, pecah pada 1950 dan berakhir lewat gencatan senjata pada 1953, membagi Semenanjung Korea menjadi dua yakni Korea Utara dan Korea Selatan.

Korea Utara sangat bergantung pada bantuan Uni Soviet selama beberapa dekade. Ketika Uni Soviet runtuh pada 1990-an, hal itu memicu kelaparan mematikan di Korea Utara Utara.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada awalnya memiliki hubungan yang relatif dingin dengan China dan Rusia.

Baca juga: Korea Selatan dan AS Mengutuk Habis-habisan Peluncuran Rudal Korea Utara

Pasalnya, China dan Rusia sama-sama bergabung dengan AS dalam menjatuhkan sanksi tegas kepada Korea Utara atas uji coba nuklirnya.

Setelah uji coba nuklir terakhir Korea Utara pada 2017, Kim mengambil langkah untuk memperbaiki hubungan.

Kim bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin pada 2019 untuk pertama kalinya dalam pertemuan tingkat tinggi di Kota Vladivostok, Rusia.

Pada Oktober, Kim mengirim ucapan selamat ulang tahun kepada Puti dan menyampaikan selamat kepadanya karena menghancurkan tantangan dan ancaman AS.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com