Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Perang Gandum” Dimulai, G7 Coba Keluarkan Pasokan dari Ukraina Sambil Tetap Tekan Rusia dengan Sanksi

Kompas.com - 15/05/2022, 09:14 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

WEISSENHAUS, KOMPAS.com - Menteri luar negeri G7 berjanji memperkuat isolasi ekonomi dan politik Rusia, terus memasok senjata ke Ukraina dan menangani apa yang digambarkan menteri luar negeri Jerman sebagai "perang gandum" yang dilancarkan oleh Moskwa.

Setelah bertemu di resor Laut Baltik Weissenhaus, diplomat senior dari Inggris, Kanada, Jerman, Perancis, Italia, Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa juga berjanji untuk melanjutkan bantuan militer dan pertahanan mereka selama "selama diperlukan".

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-80 Serangan Rusia ke Ukraina, Kyiv Yakin Menang Akhir Tahun, Putin Peringatkan Finlandia

Mereka juga akan mengatasi apa yang mereka sebut misinformasi Rusia, yang bertujuan menyalahkan Barat atas masalah pasokan makanan di seluruh dunia karena sanksi ekonomi terhadap Moskwa.

Anggota kelompok tujuh negara maju dengan ekonomi terbesar dunia ini juga mendesak China untuk tidak membantu Moskwa atau membenarkan perang Rusia, menurut pernyataan bersama G7.

"Apakah kita sudah cukup berbuat untuk mengurangi konsekuensi perang ini? Ini bukan perang kita. Ini perang oleh presiden Rusia, tetapi kita memiliki tanggung jawab global," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock sebagaimana dilansir Reuters pada Minggu (15/5/2022).

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, sekutu dekat Vladimir Putin, menolak pertemuan itu, terutama desakan G7 bahwa integritas perbatasan Ukraina yang diakui secara internasional diakui.

"Negara kita tidak peduli sama sekali tentang G7 yang tidak mengakui perbatasan baru. Yang penting adalah keinginan sebenarnya dari orang-orang yang tinggal di sana," katanya dalam sebuah unggahan online.

Pasukan Rusia sejauh ini menguasai sebagian besar Ukraina timur.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-65 Serangan Rusia ke Ukraina, Rudal Hantam Kyiv Saat Kunjungan PBB, Rusia Dituduh Curi Gandum di Lahan Ukraina

Kunci untuk memberi lebih banyak tekanan pada Rusia adalah dengan melarang atau menghentikan pembelian minyak Rusia oleh negara-negara anggota UE. Sanksi ini diperkirakan akan mencapai kesepakatan minggu depan, bahkan jika itu tetap ditentang Hongaria.

Para menteri mengatakan mereka akan menambahkan sanksi lebih lanjut terhadap elit Rusia. Termasuk di dalamnya adalah pelaku ekonomi, dan lembaga pemerintah pusat dan militer, yang memungkinkan Putin "memimpin perang pilihannya."

Pertemuan itu, yang dihadiri oleh menteri luar negeri Ukraina dan Moldova, juga menyoroti masalah keamanan pangan, dan kekhawatiran bahwa perang dapat meluas ke tetangganya yang lebih kecil, Moldova.

Gandum dari Ukraina

Menteri pertanian Ukraina telah melakukan perjalanan ke Stuttgart untuk berdiskusi dengan rekan-rekan G7 untuk mengeluarkan produknya.

Sekitar "20 juta ton" gandum disimpan di silo Ukraina dan "segera" perlu diekspor, kata Menteri Pertanian Jerman Cem Ozdemir pada konferensi pers di Stuttgart dilansir dari AFP.

Baca juga: Ukraina Lakukan Serangan Balasan di Kota Izium, Cegah Rusia Kuasai Seluruh Donbass

Sebelum invasi, Ukraina mengekspor 4,5 juta ton hasil pertanian per bulan melalui pelabuhannya -- 12 persen gandum di planet ini, 15 persen jagungnya, dan setengah dari minyak bunga mataharinya.

Tetapi dengan pelabuhan Odessa, Chornomorsk, dan lainnya terputus dari dunia oleh kapal perang Rusia, pasokan hanya dapat melakukan perjalanan di rute darat padat yang jauh lebih tidak efisien.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com