Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Johnson & Johnson Hentikan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Setelah Peserta Menderita Sakit Misterius

Kompas.com - 14/10/2020, 13:42 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Perusahaan Johnson & Johnson mengatakan bahwa untuk sementara mereka menghentikan uji klinis tahap tiga vaksin Covid-19, karena salah satu pesertanya mengalami sakit yang ''tak dapat dijelaskan''.

"Kami telah menghentikan sementara pemberian dosis lebih lanjut dalam semua uji klinis kandidat vaksin Covid-19 kami, termasuk uji coba tahap 3, karena (muncul) penyakit yang tidak dapat dijelaskan pada peserta studi," kata perusahaan Johnson & Johnson (J&J) dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Senin (12/10/2020).

Itu berarti, pendaftaran bagi 60.000 pasien untuk peserta uji klinis ditutup untuk sementara dan saat ini sedang dibentuk komisi keselamatan pasien yang independen.

J&J mengatakan bahwa munculnya "kejadian serius yang merugikan", seperti kecelakaan atau penyakit, adalah "bagian yang diharapkan dari setiap studi klinis, terutama studi besar".

Menurut pedoman perusahaan, jika hal itu terjadi maka uji klinis akan dihentikan sementara untuk menentukan apakah kasus itu terkait dengan obat yang sedang diuji coba, serta apakah penelitian dan uji klinis kemudian dapat dilanjutkan.

Baca juga: China Teken Perjanjian Distribusi Vaksin Corona ke Negara-negara Miskin

Tak ada masalah pada Uji klinis vaksin terhadap kera 

Untuk program uji klinis tahap 3, J&J telah mulai merekrut peserta sejak akhir September, dengan tujuan mendaftarkan sampai 60.000 relawan di lebih dari 200 lokasi di AS dan di seluruh dunia.

Negara lain tempat uji klinis sedang berlangsung selain AS adalah Argentina, Brasil, Chili, Kolombia, Meksiko, Peru dan Afrika Selatan.

J&J menjadi pembuat vaksin kesepuluh yang secara global sedang melakukan uji coba fase tiga, untuk memerangi pandemi Covid-19.

Pemerintah AS telah memberi J&J dukungan finansial sekitar 1,45 miliar dollar AS (Rp 21 triliun) di bawah program Operation Warp Speed yang dicanangkan pemerintahan Trump.

Pengujian praklinis pada monyet rhesus macaque yang dipublikasikan di jurnal ilmiah "Nature" menunjukkan bahwa pengujian itu telah memberikan monyet tersebut perlindungan lengkap atau hampir lengkap terhadap infeksi virus di paru-paru dan hidung.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Berbahan Hati Hiu, Ahli Konservasi: Bencana Bagi Hiu dan Manusia

Bukan pertama kali, uji klinis terpaksa dihentikan

Vaksin corona J&J didasarkan pada dosis tunggal adenovirus penyebab pilek, dimodifikasi sehingga tidak bisa lagi mereplikasi diri, lalu dikombinasikan dengan bagian dari virus corona yang disebut protein lonjakan yang digunakannya untuk menyerang sel manusia.

Pengembangan vaksin corona J&J menggunakan teknologi yang sama yang digunakan dalam vaksin Ebola terbaru, yang pada Juli lalu mendapat persetujuan pemasaran dari Komisi Eropa.

Pada bulan September, uji coba vaksin virus corona yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford juga dihentikan untuk sementara, setelah seorang peserta Inggris menderita "penyakit yang tidak dapat dijelaskan".

Vaksin AstraZeneca ini adalah salah satu proyek yang paling maju, yang telah diuji coba pada puluhan ribu relawan di seluruh dunia. Uji klinis dilanjutkan awal bulan ini di Jepang, tetapi tidak di Amerika Serikat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mobil Berkecepatan Tinggi Tabrak Gerbang Gedung Putih, Sopir Tewas

Mobil Berkecepatan Tinggi Tabrak Gerbang Gedung Putih, Sopir Tewas

Global
Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Global
Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com