Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Vertova, Italia, Dampak Covid-19 Lebih Buruk dari Perang Dunia II

Kompas.com - 26/03/2020, 12:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

VERTOVA, KOMPAS.com - Wali Kota Vertova, Orlando Gualdi, mengatakan dampak wabah virus corona di Italia "lebih buruk dari Perang Dunia II".

Jumlah kematian akibat penyakit Covid-19 di Italia terus meningkat. Rabu (25/3/2020) AFP melaporkan total 6.820 korban, sedangkan Worldometers hari ini (26/3/2020) mencatatkan 7.503 total kematian.

Di Vertova sendiri sudah ada 36 kematian. Padahal, desa yang terletak 70 kilometer di timur laut Milan ini biasanya mencatatkan sekitar 60 kematian dalam setahun, dari populasi 4.600 penduduknya.

Baca juga: Malam Terbesar Atalanta yang Jadi Bom Biologis Virus Corona di Italia

"Ini lebih buruk daripada perang," kata Gualdi pada jurnalis AFP, di salah satu lapangan kosong di desa.

Empat peti mati yang baru dibuat dikumpulkan di dekat pintu masuk sebuah kapel di Vertova.

Para jenazah itu menunggu dikremasi dan dimakamkan di pemakaman belakang.

Pemakaman sementara ini dilarang dilakukan selama beberapa minggu di Italia, sehingga prosesinya akan dilakukan secara hening oleh petugas dengan pakaian pelindung dan masker.

Baca juga: Kapten Atalanta Ungkap Penyebab Korban Covid-19 di Italia Tinggi

Kuburannya juga ditutup sementara, karena pertemuan umum dilarang. Jadi, tidak tampak lagi orang-orang yang berduka dengan menaburkan bunga di makam orang yang dicintainya.

"Tidak ada orang yang pantas mendapat kematian seperti ini. Sulit diterima ada pandemi seperti ini di tahun 2020," kata wali kota.

Situasi membaik, tapi...

Vertova dan kota Bergamo di selatannya berada di pusat penyebaran wabah Covid-19 di Italia.

Jumlah kasus dan kematian di sana adalah yang tertinggi di dunia, dan lebih buruk dari provinsi Hubei di China.

Baca juga: Ancaman Italia bagi Pelanggar Lockdown: Penjara hingga Polisi Penyembur Api

Jalan-jalan berbatu di Vertova dan gang-gang berliku tampak kosong selama berhari-hari.

Siapa pun yang melangkah keluar juga harus memakai masker, bahkan jika itu bukan masker baru.

"Sayangnya, tidak ada masker tersisa di desa. Tidak ada lagi disinfektan," kata Augusta Magni, penduduk Vertova berusia 63 tahun.

"Aku harus membuat maskerku sendiri dengan selembar kain dan mesin jahit."

Baca juga: Legenda Timnas Italia Ragu Kompetisi Eropa Bergulir Lagi Bulan Mei

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com