BEIJING, KOMPAS.com - China secara perlahan memulihkan citranya. Dari negara yang dicap sebagai pusat wabah virus corona, kini menjadi negara yang memberi bantuan ke dunia.
Jutaan masker wajah, pinjaman berbunga rendah, dan tim ahli medis dikirimkan ke negara-negara lain.
Baca juga: Pemerintah Datangkan Alat Rapid Test Covid-19 dari China
Dilansir dari kantor berita AFP, pihak Beijing telah menghujani negara-negara Eropa yang sedang berjuang melawan virus corona dengan beragam bantuan.
Dalam beberapa pekan terakhir, "Negeri Panda" menyumbangkan ratusan ribu masker bedah serta alat tes ke Filipina dan Pakistan.
Sejumlah tim medis juga dikirim ke Iran dan Irak, lalu memperpanjang masa peminjaman 500 juta dollar AS (sekitar Rp 8 triliun) ke Sri Lanka untuk memerangi Covid-19.
Baca juga: Mengapa Kasus Covid-19 di Italia Melonjak dan Angka Kematiannya Melebihi China?
Wabah virus corona pertama kali muncul di Kota Wuhan, China, pada Desember 2019. China pun sempat kelabakan dengan terus meningkatnya jumlah kasus dan ribuan korban berjatuhan.
Lalu kondisinya sekarang berbeda. Kubu Beijing mengatakan telah menghentikan penyebarannya, terbukti dengan data pada Kamis (19/3/2020) yang menunjukkan nol kasus domestik baru.
Akan tetapi, di belahan dunia lainnya, negara-negara sedang berjuang ekstra keras untuk mengatasi pandemi ini.
Baca juga: Kasus Infeksi Virus Corona: Di China Menurun, Luar China Meningkat
China pun mencoba membantunya dengan mengirim masker, persediaan medis, dan para ahli.
Namun China menemui rintangan dalam perjalanannya, karena baru-baru ini "Negeri Tirai Bambu" harus terlibat adu mulut dengan Amerika Serikat (AS).
Presiden AS Donald Trump berulang kali menyebut virus corona sebagai "virus China".
Trump juga menuduh China kurang memberi informasi secara transparan, yang berakibat jumlah kasus virus corona kini mencapai 240.000 di seluruh dunia.
Baca juga: Trump: Dunia Menderita karena China Lamban Informasikan Virus Corona
Dalam sebuah konferensi pers, Kamis (19/3/2020), orang nomor satu di "Negeri Uncle Sam" tersebut mengatakan "dunia harus membayar mahal".
Tak pelak, kalimat yang terlontar dari mulut Trump langsung memantik api pertikaian.
Kementerian Luar Negeri China membalasnya pada Jumat (20/3/2020), dengan mengatakan bahwa AS berusaha "mengalihkan kesalahan" atas pandemi ini.