Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UI Sebut Gen Z Berpotensi Jadi Generasi Paling Stres, Mengapa?

Kompas.com - 04/12/2023, 21:36 WIB
Sania Mashabi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masalah kesehatan mental belakangan terjadi di kalangan para pekerja, khususnya yang lahir dari generasi Z atau gen Z.

Menurut Guru Besar Ilmu Kedokteran Komunitas, Kedokteran Okupasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia Prof. Dewi, gen Z cenderung memiliki keinginan mengekspresikan hal-hal baru dan menantang utamanya dalam bekerja.

Sayangnya, keinginan itu tidak dibarengi keterampilan dan kepercayaan diri yang mumpuni untuk mengelola ketidakpastian lingkungan hingga berpotensi memunculkan kecemasan diri.

Baca juga: Management Trainee Bisa Jadi Peluang Percepatan Karier bagi Gen Z

Melihat fenomena itu, Prof. Dewi menilai penting untuk memperhatikan aspek psikososial di lingkungan kerja mulai dari beban sampai dengan hubungan antar rekan kerja.

Menurutnya, hal itu diperlukan agar kinerjanya bisa menjadi lebih produktif dam bisa mendeteksi dini jika memang ada indikasi masalah kesehatan mental.

"Harus diingat bahwa sangat penting untuk membuat pekerja kita aman (tidak sakit atau celaka) dan nyaman (nyaman bekerja di lingkungan kerja dan nyaman di hati) pada saat bekerja," kata Prof. Dewi dilansir dari laman resmi UI, Senin (4/11/2023).

Prof. Dewi mengatakan, masalah psikososial atau pengalaman tingkah laku dan yang mempengaruhi situasi sosial itu tidak boleh diabaikan di lingkungan kerja karena dapat menurunkan produktivitas dalam bekerja.

Mengingat, lanjut dia, ada hasil survei International Labour Organization (ILO) dari tahun 2020 hingga 2022 tentang kekerasan dan perundungan terhadap pekerja di Indonesia, yang menunjukkan 71 persen pekerja pernah mengalami kekerasan atau perundungan.

Kemudian 77 persen di antaranya merupakan kekerasan dan perundungan psikologi dan, fakta bahwa 63 persen pekerja mengalami gangguan kesehatan mental sedih dan rasa tidak nyaman di tempat kerja.

Baca juga: Beasiswa S2-S3 Oxford University 2024, Tunjangan Rp 362 Juta Per Tahun

"Salah satunya adalah dengan memperhatikan pajanan psikososial yang ada di lingkungan kerja, sehingga dapat segera terdeteksi bila ada masalah kesehatan mental pekerja," ujarnya.

Kondisi mental yang terganggu di tempat kerja juga sebaiknya dibantu penyembuhannya oleh HRD dan perusahaan.

HRD nantinya akan memberikan evaluasi kesehatan mental dan fisik pada pekerja dengan melakukan identifikasi bahaya potensial di lingkungan kerja.

Mulai dari menentukan diagnosis penyakit akibat kerja atau bukan, menentukan laik kerja atau kembali kerja, serta memberikan rekomendasi atau solusi untuk mengatasi stres, kelelahan akibat kerja, dan masalah kesehatan kerja lainnya.

"Seperti HRD, dokter perusahaan, manajemen perusahaan, dan lainnya, agar pekerja tetap produktif dan secara tidak langsung memberikan keberlangsungan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com