Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salsabilla Sakinah
Praktisi

Mahasiswa Doktoral School of Journalism, Media and Culture Cardiff University, UK. Konsultan museum.

Kebakaran di Museum Nasional: Jangan Menyepelekan Perencanaan Hadapi Bencana

Kompas.com - 18/09/2023, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BELUM hilang dari ingatan kita kenangan pahit kebakaran besar di Museum Bahari Jakarta pada Januari 2018, masyarakat Indonesia kembali dikejutkan peristiwa kebakaran di Museum Nasional Indonesia, yang juga dikenal dengan sebutan Museum Gajah, Sabtu (16/9/2023) malam.

Menurut rilis pers dari Museum Nasional, dari tiga Gedung yang berada di kawasan museum, ada enam ruangan di Gedung A yang terdampak.

Gedung A merupakan tempat ruang ImersifA berada. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran tersebut.

Sebagai museum pertama dan terbesar di Indonesia, Museum Nasional menyimpan koleksi bersejarah yang dikumpulkan sejak masa penjajahan Belanda dari seluruh penjuru nusantara.

Berdasarkan laman resmi Museum Nasional, saat ini koleksi yang dikelola museum berjumlah lebih dari 190.000 benda.

Di antaranya adalah mahkota emas bertabur permata dari Kesultanan Banten, berbagai prasasti penanda keberadaan kerajaan-kerajaan tertua di Nusantara, pelana kuda Pangeran Diponegoro, juga aneka koleksi seni budaya dari berbagai daerah.

Saat berita kebakaran ini tersebar, tak heran kekhawatiran masyarakat sontak tertuju pada nasib koleksi-koleksi berharga Museum Nasional.

Dalam rilis persnya, Museum Nasional menyatakan sebagian dari koleksi yang terbakar adalah replika. Masyarakat tak ayal menafsirkan: artinya, sebagian lainnya yang terbakar adalah koleksi asli?

Kekhawatiran lain yang juga segera menyeruak ke permukaan adalah koleksi-koleksi hasil repatriasi.

Beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia gencar melakukan upaya diplomasi untuk pemulangan koleksi-koleksi asal Indonesia yang selama ini tersimpan di museum-museum negara lain.

Pada Juli lalu, sebanyak 472 benda bersejarah, terdiri dari Keris Puputan Klungkung dari Kerajaan Klungkung Bali, empat arca dari Kerajaan Singasari, 132 karya seni Pita Maha Bali, serta 335 benda yang dijarah pasukan Belanda dari Lombok, disetujui untuk dikembalikan dari Belanda, untuk disimpan di Museum Nasional Indonesia.

Pada saat upaya repatriasi atau pemulangan benda bersejarah tersebut ramai dipublikasikan di media, tak dapat dipungkiri ada nada khawatir dari khalayak atas keamanan dan keselamatan koleksi tersebut di Indonesia.

Kebakaran kali ini serta-merta membuat prasangka tersebut seketika mewujud: sanggupkah museum kita mengelola koleksi-koleksi berharga tersebut?

Memantau kolom media sosial Museum Nasional, kita dapat melihat bahwa sudah muncul beragam komentar semacam, “Mendingan koleksi-koleksi itu tetap di Belanda saja, daripada di sini cuma terbakar jadi abu.”

Museum Nasional tampaknya menyadari potensi sentimen negatif ini. Dalam rilis persnya, pihak museum menyatakan dengan tegas bahwa koleksi hasil repatriasi aman, karena disimpan di ruangan yang berada jauh dari lokasi kebakaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com