Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelatihan "Cloud Computing" Jadi Langkah Awal Bekerja di Perusahaan Teknologi

Kompas.com - 09/07/2023, 11:03 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Dalam riset baru Economist Impact 2023 berjudul “Menjembatani kesenjangan keterampilan: Menumbuhkan karier dan ekonomi di Indonesia” yang dilakukan dan didukung oleh Google, sebanyak 77 persen karyawan di Indonesia mengatakan bahwa saat ini perusahaan cenderung mengutamakan keterampilan nyata alih-alih kualifikasi di atas kertas atau CV dalam proses perekrutan.

Salah satu keterampilan yang kian dibutuhkan ialah keterampilan teknologi. Itulah mengapa, saat ini Indonesia setidaknya membutuhkan 9 juta talenta digital hingga tahun 2030.Jika dirata-rata, kebutuhan talenta digital ini mencapai 600.000 orang per tahun.

Salah satu keterampilan atau "skill" digital yang kian dibutuhkan banyak perusahaan teknologi ialah cloud computing. Popularitas cloud computing berkembang pesat karena menawarkan berbagai kemudahan seperti fleksibilitas, efisiensi, dan keamanan.

Baca juga: Riset: Perusahaan Semakin Utamakan Skill Ketimbang Kualifikasi di CV

Tingginya kebutuhan talenta digital di era teknologi ini mendorong Elsa Shafira Ramadhani dan I Putu Cahya Adi Ganesha memilih ikut pelatihan cloud computing sebagai jalur pembelajaran interdisipliner.

Keduanya mendapatkan pembelajaran tentang penggunaan cloud computing melalui program Bangkit, yakni program pelatihan kolaborasi antara Kemendikbud Ristek, GoTo dan Traveloka untuk membantu Indonesia mencetak talenta digital yang andal.

Berbekal skill "cloud computing" Elsa yang kini berusia 23 tahun kini berhasil diterima bekerja sebagai Associate System Engineer di DELL Technologies.

Elsa mengatakan, dirinya memilih cloud computing karena merupakan salah satu bidang yang berkaitan dengan jurusan kuliah yang ditekuninya yaitu Teknik Elektro.

“Saat mempelajari lebih dalam, saya menyadari bahwa cloud computing sudah lama ada di kehidupan kita sehari-hari. Sesederhana berbagi file via Google Drive, online meeting, hingga pengumpulan tugas kuliah yang dilakukan dalam satu aplikasi sehingga dapat dikolektif dengan mudah. Penggunaan cloud computing di dunia kerja pun kian canggih dan membuat saya semakin ingin menekuni teknologi ini,” jelas Elsa dalam keterangan resmi.

Baca juga: Pakar: Lulusan Perguruan Tinggi Tidak Bisa Hanya Mengandalkan Ijazah

Elsa menambahkan, di program Bangkit, ia mempelajari dasar-dasar cloud computing untuk menerapkan aplikasi, memantau operasional, dan mengelola solusi perusahaan dengan spesialisasi ini termasuk Google Cloud Computing Foundations, Google Cloud Engineer Learning Path, ACE Certification Preparation, dan lainnya.

"Tidak hanya itu, kami juga sangat terbantu dengan pelatihan soft skill seperti Bahasa Inggris dan Manajemen Waktu," imbuh Elsa.

Di DELL Technologies, Elsa bertanggung jawab atas pusat data untuk membantu calon pelanggan mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhannya.

“Saya bersyukur dapat belajar banyak di program Bangkit karena kini saya mampu mengaplikasikan kemampuan hard skill terkait cloud computing dan juga soft skill seperti penggunaan Bahasa Inggris langsung di dunia kerja,” ujar Elsa.

Sementara Cahya, memilih jalur cloud computing karena menyadari utilisasinya yang meningkat drastis baik dalam kalangan bisnis atau perusahaan maupun pribadi, yang kemudian dikaitkan dengan kemudahan akses pada teknologi mumpuni dan tentunya reliabilitas cloud.

Alumni Bangkit berusia 22 tahun asal Karawang ini menjelaskan, dirinya melihat cloud computing sebagai sebuah evolusi dari job desc system administration ataupun IT Infrastructure engineer, yang lapangan pekerjaannya masih sangat terbatas.
"Perkembangan teknologi ini tentu akan membuka peluang lebih besar lagi di Indonesia," tuturnya.

Baca juga: Kominfo-DQLab Buka Beasiswa Data Science untuk Umum dan Pemula

Setelah sukses menuntaskan kiprahnya di Bangkit, Cahya mengambil sertifikasi Associate Cloud Engineer (ACE) dan melamar magang di PricewaterhouseCoopers Indonesia. Setelah menjalani serangkaian proses rekrutmen, akhirnya Cahya diterima sebagai IT Infrastructure VE Intern. Dia bertanggung jawab untuk menerapkan dan memelihara sistem IT.

“Di Bangkit, saya mempelajari cloud computing secara umum dengan memahami bagaimana sebuah sistem IT terbentuk. Karena basic saya awalnya lebih berfokus ke software engineering, bukan system engineering, hal inilah yang bisa dikatakan sebagai tantangan sendiri. Namun, mempelajari seluk beluk sistem tersebut membuka pikiran saya tentang IT. Kehadiran Instructor-Led Training, tech class, soft skill course, dan English Session juga menambah keseruan belajar selama 900 jam di program ini," imbuh dia.

Sebagai informasi, pelatihan Bangkit menawarkan 3 pilihan jalur pembelajaran yaitu Machine Learning, Mobile Development dan Cloud Computing. Program ini terbuka bagi mahasiswa Indonesia dan gratis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com