Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM Sambut Baik Penghapusan Premium dan Pertalite

Kompas.com - 29/12/2021, 20:17 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kepala Pusat Studi Energi UGM, Prof. Deendarlianto menyambut baik wacana penghapusan bahan bakar jenis Premium dan Pertalite yang mengemuka beberapa waktu belakangan.

Dampak terhadap lingkungan menjadi salah satu pertimbangan yang penting untuk mendorong konsumsi bahan bakar dengan nilai oktan yang lebih tinggi.

Baca juga: 10 Perguruan Tinggi Terbaik Indonesia Versi QS WUR 2021-2022

Selain itu, rencana kebijakan ini juga sejalan dengan upaya pemerintah mengurangi emisi, termasuk pada sektor transportasi.

"Kalau mengacu pada perencanaan energi nasional ke depan saya pikir rencana pemerintah untuk mulai menghilangkan secara perlahan-lahan Premium dan Pertalite cukup baik, itu perlu disosialisasikan dan didukung bersama oleh semua komponen masyarakat," kata dia melansir laman UGM, Rabu (29/12/2021).

Menurut berbagai sumber, pemerintah dikabarkan akan mengeluarkan kebijakan penghapusan BBM jenis Premium di tahun 2022, dan mulai mendorong peralihan menuju konsumsi bahan bakar jenis Pertamax yang lebih ramah lingkungan.

Deendarlianto mengungkapkan, proses transisi menuju konsumsi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan sebenarnya telah dimulai sejak peluncuran Pertalite pada tahun 2015 silam.

"Masyarakat sudah digiring untuk berganti dari Premium ke Pertalite, dan ternyata itu berhasil. Orang-orang mulai sadar akan pengaruh terhadap mesin, dan pengaruh terhadap lingkungan juga semakin menjadi pertimbangan," kata dia.

Dilihat dari struktur penjualan BBM, pengguna Premium memang semakin lama semakin berkurang, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan BBM yang lebih berkualitas.

Baca juga: SKB 4 Menteri Terbaru, Januari 2022 Satuan Pendidikan Wajib Gelar PTM

Masyarakat kelas ekonomi menengah telah lama beralih dari Premium ke Pertalite, dan bahkan pelan-pelan mulai bergeser ke Pertamax.

Hal ini menjadi indikasi bahwa masyarakat telah siap menghadapi rencana penghapusan Premium dalam waktu dekat.

"Boleh dikatakan hampir dominan di kendaraan roda empat menggunakan Pertalite, sehingga kalau kita ingin menghentikan Premium saya pikir dalam waktu enam bulan waktu transisinya sudah cukup untuk membawa masyarakat ke sana," jelas dia.

Deendarlianto memaparkan data konsumsi energi di Indonesia, di mana 39 persen energi masih berbasis minyak, dan 64 persen di antaranya digunakan untuk transportasi.

Dari jumlah tersebut, 90 persen konsumsi energi di sektor transportasi diperuntukkan bagi transportasi darat atau jalan raya.

Meski rencana penghapusan BBM jenis Premium dinilai tepat, konsumen utamanya yang berasal dari kalangan menengah ke bawah perlu mendapat perhatian.

Dia menyayangkan fenomena konsumsi Premium dari sebagian masyarakat kalangan menengah yang seharusnya tidak memerlukan subsidi.

Sejalan dengan proses transisi energi dan demi tercapainya subsidi energi yang tepat sasaran, pemerintah perlu memberikan subsidi energi kepada orang dan bukan produk tertentu.

Baca juga: Begini Cara Cek Kuota Sekolah SNMPTN 2022

"Selama ini yang disubsidi bukan orangnya tetapi barangnya. Dengan penghilangan Premium ke depan metode subsidi yang diberikan pemerintah terhadap masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah bisa dilakukan dengan pemberian subsidi ke orangnya," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com