KOMPAS.com - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Grace Natalie menyebutkan bahwa Indonesia akan mengalami krisis pangan jika tidak membuat lumbung pangan atau food estate.
Menurut Grace, penduduk Indonesia setiap tahun bertambah 3 juta orang. Kemudian, satu orang kira-kira membutuhkan 120 kilogram beras per tahun untuk makan.
"Sementara, lahan kita berkurang 100 ribu hektar setiap tahun," kata kata Grace dalam acara "Catatan Demokrasi" yang ditayangkan di kanal YouTube TVOneNews pada 23 Januari 2024.
"Jadi kita pasti cepat atau lambat kalau gak menambah secara masif atau membuat lumbung pangan, kita pasti akan tiba pada krisis pangan," ucapnya.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Riska Ayu Purnamasari menjelaskan, setiap tahun memang pertambahan penduduk di Indonesia mencapai 3 juta jiwa.
Rinciannya, jumlah penduduk Indonesia pada 2020 sebanyak 270.203.900, pada 2021 sebanyak 272.682.500, pada 2022 sebanyak 275.773.800, dan pada 2023 mencapai 278.696.200
Namun, luas panen padi pada 2022 mencapai sekitar 10,45 juta hektar, mengalami kenaikan sebanyak 40,87 ribu hektar atau 0,39 persen dibandingkan luas panen padi di tahun 2021 yang sebesar 10,41 juta hektar.
Menurut Riska, produksi beras untuk konsumsi di Indonesia pada 2022 mencapai 31,54 juta ton. Jumlahnya mengalami kenaikan sebanyak 184,50 ribu ton atau 0,59 persen dibandingkan produksi beras di 2021 yang sebesar 31,36 juta ton.
Jika dikaitkan dengan konsumsi beras di tahun yang sama, konsumsi beras di tahun 2022 sekitar 30.2 juta ton.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pada 2022 antara jumlah produksi dan konsumsi beras masih mencukupi untuk kebutuhan masyarakat.
Sementara, luas panen padi pada 2023 menjadi 10,20 juta hektare, mengalami penurunan sebanyak 255,79 ribu hektar atau 2,45 persen dibandingkan luas panen padi di 2022.
Hal itu membuat produksi beras untuk konsumsi pangan penduduk menurun menjadi 30,90 juta ton.
Penurunan tersebut diduga merupakan dampak dari El Nino yang menyebabkan tejadinya kekeringan, gangguan musim tanam, serta menurunnya kualitas tanaman.
Kendati begitu, Kata Riska, mengatasi krisis pangan tidak hanya sekadar menambah produksi dan menambah luas lahan pertanian saja, namun juga meningkatkan akses masyarakat pada pangan yang sudah tersedia.
Dilansir Kompas,id, peneliti sosiologi pertanian-pangan sekaligus pengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Angga Dwiartama pernah menjelaskan, secara gambaran nasional, Indonesia tidak mengalami rawan pangan.