KOMPAS.com - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, menyinggung soal prevalensi stunting atau tengkes di Indonesia yang masih tinggi.
Hal itu disampaikan Cak Imin dalam kampanye perdananya di GOR Wringinrejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (28/11/2023).
Cak Imin mengatakan, pihaknya memprioritaskan penanganan stunting sejak dini, tepatnya sebelum maupun sejak usia awal kehamilan.
Menurut dia, kesejahteraan keluarga, terpenuhinya kebutuhan gizi dan terjaganya kesehatan ibu hamil perlu menjadi prioritas agar bayi tidak terlahir dalam kondisi stunting.
"Sebelum lahir sudah harus diperhatikan gizinya oleh negara dan pemerintah. Banyak kasus stunting karena baru sadar setelah bayi lahir," kata Cak Imin, seperti diberitakan Kompas.com.
Rendahnya kesadaran calon ibu untuk memeriksakan kesehatan sebelum hamil turut menyebabkan munculnya 1,2 juta kasus baru stunting atau tengkes di Indonesia setiap tahun.
Dilansir Kompas.id, hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam puncak peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Kota Cimahi, Jawa Barat, 23 Oktober 2023.
Hasto mengatakan, pemeriksaan kesehatan sebelum hamil sangat penting untuk mendeteksi anemia dan defisiensi atau kekurangan vitamin D pada calon ibu.
"Alangkah baiknya wanita yang telah menikah rutin memeriksakan kondisi kesehatannya sebelum hamil. Hal ini untuk memastikan calon ibu dalam kondisi sehat dan anak yang dilahirkan tidak dalam kondisi tengkes," kata Hasto.
Pemeriksaan kesehatan sebelum hamil sangat penting untuk mendeteksi anemia dan defisiensi atau kekurangan vitamin D pada calon ibu.
Sebab, perempuan yang mengalami anemia dan defisiensi vitamin D berisiko melahirkan anak dengan tengkes.
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi stunting di Indonesia pada 2022 tercatat sebesar 21,6 persen, turun dari angka tahun 2021 yang sebesar 24,4 persen.
Kemenkes berupaya menekan prevalensi stunting dengan dua cara utama, yakni intervensi gizi pada ibu sebelum dan saat hamil, serta intervensi pada anak usia 6 sampai 2 tahun.
Dilansir Kompas.id, Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN Irma Ardiana mengatakan, periode yang paling tepat untuk mencegah terjadinya stunting yakni sejak tiga bulan pranikah, masa kehamilan, serta pada usia anak bawah dua tahun hingga anak bawah lima tahun.
Menurut Irma, anak yang telanjur mengalami stunting lewat usia dua tahun masih bisa diintervensi dengan penanganan gizi agar pertumbuhan tetap bisa dioptimalkan.
Akan tetapi, dampak stunting tidak hanya terkait tinggi badan. Dampak yang lebih buruk dari stunting yaitu terhambatnya perkembangan kognitif.
"Fungsi kognitif yang sudah terganggu tidak bisa dikoreksi karena bersifat irreversible (tidak dapat diubah). Ketika sudah mengalami gangguan kognitif yang dapat dilakukan hanya memberikan stimulasi," ujar Irma, 3 April 2023.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.