KOMPAS.com - Kekhawatiran soal strategi pengendalian demam berdarah dengue (DBD) dengan nyamuk berteknologi wolbachia, bermunculan di media sosial.
Pada sebuah video yang beredar pada November 2023, muncul seruan kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menghentikan penyebaran nyamuk berteknologi wolbachia.
Seruan itu dilatarbelakangi ketakutan bahwa nyamuk tersebut berbahaya bagi manusia dan lingkungan hidup.
Lantas, apakah benar nyamuk berteknologi wolbachia berbahaya?
Wolbachia adalah bakteri yang secara alami ada pada hampir 70 persen spesies serangga di dunia, termasuk lalat, lebah, kupu-kupu, dan nyamuk.
Bakteri simbiotik yang ada di lingkungan kita 50 persen aman dan tidak mengubah genetik nyamuk Aedes aegypti.
Karakteristik nyamuk dengan teknologi wolbachia akan tetap sama dengan nyamuk Aedes aegypti pada umumnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi menyatakan bahwa teknologi wolbachia aman.
"Wolbachia itu aman karena dia merupakan bakteri yang alami," kata Imran saat Peringatan ASEAN Dengue Day 2023, yang disiarkan di YouTube Kemenkes, 12 Juni 2023.
Sebelum memutuskan strategi pengendalian DBD di Indonesia dengan teknolog wolbachia, para ahli telah melakukan berbagai kajian yang membuktikan teknologi ini ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Dari tahun 2011 kita sudah melakukan kajian-kajian bersama dengan para ahli tentunya, sehingga tahun 2016 atau 2017 baru melakukan pilot di Yogyakarta," ujar Imran.
Penelitian awal teknologi wolbachia di Indonesia pertama kali dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, dengan dukungan yayasan filantropi Tahija.
Dikutip dari situs Kemenkes, uji coba penyebaran nyamuk dengan teknologi wolbachia yang dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul mampu menekan kasus demam berdarah sampai 77 persen.
Angka proporsi rawat inap di rumah sakit sampai 86 persen.
Teknologi wolbachia lantas menjadi studi pendahuluan yang dilaksanakan di lima kota, yakni Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang.
Sempat ada kekhawatiran di tengah masyarakat soal pelepasan nyamuk karena kurangnya pemahaman.
"Tapi seiring berjalan dan kita sudah ada edukasi, ada sosialisasi, sekarang masyarakat justru semakin paham, bahwa sebenarnya teknologi ini untuk mengurangi DBD,” ungkap Sigit Hartobudiono, Lurah Patangpuluhan Yogyakarta
Meski strategi penyebaran nyamuk dengan teknologi wolbachia dijalankan, metode pencegahan dan pengendalian yang telah ada tetap dilakukan.
Metode yang dimaksud yakni gerakan 3M Plus seperti Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.