Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
KOMPAS.com - Beredar video yang diklaim menunjukkan reaksi penolakan pasukan khusus Israel ketika diperintahkan untuk melawan kelompok Hamas di Gaza, Palestina.
Video itu beredar setelah pecahnya konflik bersenjata antara Israel dan kelompok Hamas baru-baru ini.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi video tersebut tidak benar dan perlu diluruskan.
Video yang diklaim menunjukkan reaksi penolakan pasukan khusus Israel ketika diperintahkan melawan Hamas dibagikan oleh akun Instagram ini pada Selasa (10/10/2023).
Berikut narasi yang dibagikan:
Reaksi penolakan Pasukan Khusus Israel ketika diperintahkan untuk keperbatasan Gaza melawan tentara Hammas.
Video menunjukkan Skuad Komando Khusus Israel, Unit Golani sedang melakukan kerusuhan di dalam Camp karena tidak setuju untuk diletakkan di perbatasan Gaza yang dikerahkan oleh Zionis Haram israel.
Walaupun mereka dikategorikan sebagai unit khusus, mereka tetap takut untuk berhadapan dengan tentara Al Qassam.
Dalam video itu, tampak tentara mengamuk, melemparkan berbagai barang di sekitar, dan berteriak-teriak. Terdapat watermark Sky News Arabia pada video tersebut.
Setelah ditelusuri, video ditemukan di akun TikTok Sky News Arabia pada 7 September 2023, atau sebelum pecahnya perang antara Israel dengan Hamas pada Oktober 2023.
@skynewsarabia ????? ??? ?? ????? ?????? ????????? ????? ???? ?? ???? ?????? ????? ???? ??????? #????_???? ? original sound - SkyNewsArabia
Takarir (caption) video menyebutkan, peristiwa itu adalah kericuhan di pangkalan militer Israel yang dilakukan oleh tentara dari Brigade Golani saat mengikuti pelatihan.
Namun, tidak ada keterangan yang menyebutkan para tentara itu mengamuk karena menolak ditempatkan di perbatasan Gaza untuk melawan kelompok Hamas.
Sementara, menurut media Iran Fars News Agency, kericuhan terkait dengan meningkatnya ketidakpuasan militer Israel terhadap rencana perombakan kabinet Israel.
Lebih dari 10.000 tentara cadangan, termasuk 8.200 anggota unit intelijen elite dan pilot angkatan udara, telah menyatakan penolakan mereka untuk bertugas secara sukarela sebagai protes terhadap rencana perombakan tersebut.
Sedangkan surat kabar Israel Maariv, sebagaimana dikutip kantor berita Turki Anadolu Agency, melaporkan bahwa setelah kejadian tersebut, enam peserta dan tiga anggota dikeluarkan dari pelatihan, dan hukuman diberikan kepada ketua tim.