Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Foto baliho dengan teks yang dinilai menyudutkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) beredar di Facebook.
Baliho itu bertuliskan ”PDI-P tidak butuh suara umat Islam”. Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.
Foto baliho bertuliskan "PDI-P tidak butuh suara umat Islam" ditemukan di sejumlah akun Facebook seperti ini, ini, ini, dan ini.
Baliho itu juga menggunakan logo partai bergambar banteng, serta mencatut nama Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Selain PDI-P, tercantum logo partai politik lain, yakni PDI-P, PKB, Golkar, PPP, Hanura, Nasdem, dan Perindo.
"Ini yg membuat umat muslim marah. Makanya masyarakat Indonesia lebih khusus muslim, gk mau memilihnya," tulis salah satu akun pada Kamis (1/6/2023).
Baliho memuat propaganda tersebut dipastikan hoaks. PDI-P Jawa Barat telah meminta kepolisian untuk mengusut penyebaran konten tersebut.
Dilansir Harian Kompas, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI-P Kabupaten Garut telah melaporkan penyebar konten ke Polres Garut.
Penyebar konten lainnya ditangkap di Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung oleh Tim Subdit Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya.
Menurut pengakuan penyebar konten, baliho itu merupakan hasil editan.
Baliho aslinya memuat teks berikut:
Pesan istri kepada suami: Wahai suamiku, carilah rezeki yang halal saja. Aku dan anak-anakmu rela lapar dengan yang sedikit tapi halal, daripada kenyang namun dibakar api neraka.
Terkait kasus tersebut, Kepala Polda Jabar Inspektur Jenderal Agung Budi Maryoto mengimbau kepada masyarakat agar tidak membuat konten yang berpotensi memecah belah.
"Masyarakat juga perlu bijak. Jika menerima informasi yang berbau SARA ataupun ujaran kebencian, jangan ditelan mentah-mentah, bahkan malah disebar. Informasi yang masuk sebaiknya dicek kebenarannya dan hati-hati kalau menyebarkan hoaks malah bisa terkena Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)," ujar Agung kepada Harian Kompas.
Berdasarkan penelusuran Kompas.com, baliho soal pesan istri yang telah diedit beredar setidaknya sejak 2017.