Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Beralih ke Energi Terbarukan dapat Hemat hingga 12 Triliun Dollar AS

Kompas.com - 17/09/2022, 08:19 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi terbaru dari Universitas Oxford menemukan bahwa beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan dapat membuat dunia berhemat hingga 12 triliun dollar AS pada 2050.

Dilansir dari BBC, para peneliti mengatakan bahwa memulai transisi ke "energi hijau" adalah tindakan yang masuk akal secara ekonomi karena turunnya biaya energi terbarukan.

"Bahkan jika Anda seorang penyangkal perubahan iklim, Anda harus mengikuti apa yang kami anjurkan," kata Doyne Farmer dari Institut Pemikiran Ekonomi Baru di Sekolah Oxford Martin.

"Kesimpulan utama kami adalah bahwa kita harus totalitas dengan transisi energi hijau karena itu akan menghemat uang kita," kata dia.

Energi terbarukan akan lebih murah

Temuan laporan ini didasarkan pada data harga historis untuk energi terbarukan dan bahan bakar fosil, dan kemudian memodelkan bagaimana kemungkinan perubahannya di masa depan.

Data bahan bakar fosil berasal dari 2020 hingga lebih dari 100 tahun ke belakang dan menunjukkan bahwa setelah memperhitungkan inflasi, dan volatilitas pasar, harganya tidak banyak berubah.

Energi terbarukan baru ada selama beberapa dekade, sehingga memiliki lebih sedikit data. Namun pengembangan terus-menerus membuat biaya tenaga surya dan angin turun dengan cepat, pada tingkat yang mendekati 10 persen per tahun.

Perkiraan laporan itu bahwa harga energi terbarukan akan terus turun didasarkan pada pemodelan "probabilistik", menggunakan data tentang seberapa besar investasi dan skala ekonomi membuat teknologi serupa lainnya lebih murah.

"Penelitian terbaru kami menunjukkan peningkatan teknologi hijau akan terus menurunkan biayanya, dan semakin cepat kita melakukannya, semakin banyak yang akan kita hemat," kata Rupert Way, penulis utama laporan dari Sekolah Bisnis dan Lingkungan Smith.

Komitmen transisi energi Indonesia

Pada forum Civil Society 20 (C20) yang digelar di Jakarta pada Maret 2022, Indonesia menyatakan komitmennya untuk melakukan transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.

Dilansir dari Antara, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan, komitmen transisi energi merupakan bentuk dukungan Indonesia untuk mengurangi emisi karbon sekaligus memitigasi perubahan iklim dunia.

"Indonesia berkomitmen melakukan transisi melalui kebijakan rendah karbon dan ketahanan perubahan iklim dalam berbagai pendekatan untuk mencapai target pengurangan emisi di tahun 2030," kata Arifin dalam pembukaan forum C20, 7 Maret 2022.

Arifin mengatakan, pemerintah telah menyiapkan beberapa upaya untuk mendorong program transisi energi yang dapat mengurangi emisi karbon pada sektor energi dan mencapai target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.

Pemerintah akan mengimplementasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap sebesar 3,6 gigawatt yang berpotensi meningkatkan porsi bauran energi bersih sebesar 0,8 persen.

Selanjutnya, membangun berbagai pembangkit energi baru terbarukan sebesar 10,6 gigawatt termasuk mengganti pembangkit-pembangkit listrik bertenaga diesel ke pembangkit energi baru terbarukan yang berpotensi meningkatkan bauran sebesar 11,7 persen.

Pemerintah juga akan mendoronga pemanfaatan biofuel hingga 11,6 juta kiloliter yang berpotensi meningkatkan bauran 4,0 persen.

Dalam upaya mendukung mitigasi perubahan iklim dunia, pemerintah telah menetapkan beberapa kebijakan berupa penghentian pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dan harga ekonomi karbon.

"Strategi utama untuk mencapai target netralitas karbon di 2060, antara lain pengembangan energi terbarukan skala besar, fokus pada pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi, serta hidrogen," kata Arifin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar 'Time' Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

INFOGRAFIK: Tidak Benar "Time" Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com