Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

27 Juli 1974: Keluarnya Rekomendasi Pemakzulan Presiden AS Richard Nixon

Kompas.com - 27/07/2022, 17:34 WIB
Ahmad Suudi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Skandal Watergate merupakan serangkaian masalah yang terungkap setelah aksi pemasangan alat rekam yang dilakukan sebuah tim, di dalam Markas Besar Komite Nasional Demokrat (DNC), di Gedung Watergate, Washington DC, Amerika Serikat (AS).

Melalui proses penyelidikan oleh Kongres AS, Presiden Richard Nixon yang berasal dari Partai Republik, diduga kuat berupaya menghapus keterlibatannya dalam upaya spionase Partai Demokrat AS tersebut.

Upaya parlemen AS untuk mengungkap skandal itu membuat Nixon terus tersudut. Dia berupaya mengelak dari berbagai permintaan pemeriksaan, dan mengaku tidak bersalah.

Jengah dengan sikap Nixon yang tidak terbuka dalam penyelidikan, dengan bukti-bukti yang mereka anggap cukup, Komite Kehakiman parlemen AS merekomendasikan agar Nixon diturunkan dari jabatan Presiden AS, 27 Juli 1974 atau 48 tahun yang lalu.

Baca juga: Terungkapnya Skandal Watergate dan Kejatuhan Presiden Nixon

Pembobolan Gedung Watergate

Kisah ini bermula ketika Nixon menempatkan mantan agen Biro Investigasi Federal atau FBI, G Gordon Liddy, di komite yang dibentuknya untuk menang dan melaju lagi di periode kedua. Komite bernama Creep dibentuk Nixon yang berharap menang pemilu.

Agen ini bahkan mendapat persetujuan Jaksa Agung AS, John Mitchell, untuk melakukan spionase pada Partai Demokrat AS dengan upaya yang lebih luas.

Tim Liddy yang nantinya terbukti terhubung dengan Gedung Putih, ketahuan berusaha membobol markas Partai Demokrat AS di Gedung Watergate, 17 Juni 1972.

Sedianya mereka memasang alat sadap pada telepon di sana dan mencuri dokumen penting. Namun, petugas keamanan gedung menyadari ada sesorang yang berupaya membuka pintu gedung.

Ia melapor ke polisi yang datang tepat waktu hingga berhasil meringkus kelompok pencuri tersebut. Dalam pemeriksaan selanjutnya didapati mereka memiliki salinan nomor telepon Gedung Putih.

Baca juga: Presiden Nixon Kunjungi China, Saat AS Berupaya Memecah Komunisme...

Dugaan-dugaan adanya trik kotor politik elektoral jelang pemilu itu ditanggapi Nixon dengan bersumpah bahwa tidak ada staf Gedung Putih yang terlibat dalam pembobolan Gedung Watergate.

Namun, kemudian terungkap bahwa beberapa hari kemudian, Nixon berupaya memberikan uang ratusan ribu dollar AS agar para pencuri tersebut tutup mulut.

Selain itu, dia terbukti menyalahgunakan wewenang dengan mengatur agar FBI dan badan intelijen CIA berupaya menutupi keterlibatan Gedung Putih dalam pebobolan itu.

Sebagian besar pemilih mempercayai Nixon, hingga dalam pemilu pada November 1972 ia terpilih kembali sebagai presiden dengan kemenangan telak.

Penasihat Gedung Putih, John Dean, dalam proses pengadilan juga mengungkapkan bukti keterlibatan Nixon dalam pembobolan Waregate berada dalam rekaman pembicaraan Gedung Oval yang dibuat dan disimpan Nixon sendiri secara diam-diam.

Dengan susah payah disertai perlawanan Nixon, rekaman itu bisa dihadirkan dalam pengadilan yang secara kuat membuktikan keterlibatannya dalam pembobolan Watergate.

Komite Kehakiman parlemen AS memutuskan memakzulkan Nixon karena menghalangi keadilan, penyalahgunaan kekuasaan, menutup-nutupi kriminal dan beberapa pelanggaran konstitusi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Video Ini Bukan Manipulasi Pemakaman Korban Serangan Israel di Gaza

Video Ini Bukan Manipulasi Pemakaman Korban Serangan Israel di Gaza

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] ICC Belum Terbitkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

[KLARIFIKASI] ICC Belum Terbitkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Tidak Benar Video Prabowo Promosikan Produk Seprai

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Video Prabowo Promosikan Produk Seprai

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan? Cek Faktanya!

INFOGRAFIK: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan? Cek Faktanya!

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bantahan TNI atas Kabar Pengusiran Pasien RSUD Madi di Papua

INFOGRAFIK: Bantahan TNI atas Kabar Pengusiran Pasien RSUD Madi di Papua

Hoaks atau Fakta
Fakta Serangan Israel ke Rafah, Kamp Pengungsi Jadi Sasaran

Fakta Serangan Israel ke Rafah, Kamp Pengungsi Jadi Sasaran

Data dan Fakta
Video Ini Bukan Cuplikan Rekayasa Korban Serangan Israel di Rafah

Video Ini Bukan Cuplikan Rekayasa Korban Serangan Israel di Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Dennis Lim Promosikan Situs Judi

[HOAKS] Dennis Lim Promosikan Situs Judi

Hoaks atau Fakta
Amnesty International Catat 114 Vonis Hukuman Mati di Indonesia pada 2023

Amnesty International Catat 114 Vonis Hukuman Mati di Indonesia pada 2023

Data dan Fakta
[HOAKS] Imbauan Mewaspadai Aksi Balas Dendam Komplotan Begal di Sumut

[HOAKS] Imbauan Mewaspadai Aksi Balas Dendam Komplotan Begal di Sumut

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penertiban NIK di Jakarta Dilakukan Bertahap

[KLARIFIKASI] Penertiban NIK di Jakarta Dilakukan Bertahap

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Mike Tyson Akan Berikan 10 Juta Dollar AS untuk Pria yang Menikahi Putrinya

[HOAKS] Mike Tyson Akan Berikan 10 Juta Dollar AS untuk Pria yang Menikahi Putrinya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Tiga Anak di Rafah Berpura-pura Jadi Korban Serangan Israel

[HOAKS] Tiga Anak di Rafah Berpura-pura Jadi Korban Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Seorang Perempuan Jadi Korban Pembegalan di Baubau pada 28 Mei

[HOAKS] Seorang Perempuan Jadi Korban Pembegalan di Baubau pada 28 Mei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Terowongan Menghubungkan Rafah ke Mesir

[HOAKS] Foto Terowongan Menghubungkan Rafah ke Mesir

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com