KOMPAS.com - Bulan Mei 1998 menjadi salah satu momentum penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Sebab, saat itulah Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun runtuh.
Kejatuhan Soeharto memang sebuah proses perjalanan panjang, namun akumulasi perlawanan masyarakat terjadi pada 1998.
Hal ini bermula ketika Soeharto terpilih kembali sebagai presiden dalam Sidang Umum MPR pada Maret 1998. Presiden yang waktu itu masih merupakan mandataris MPR, memang ditentukan dalam Sidang Umum yang berlangsung setahun setelah pemilu.
Demonstrasi menentang terpilihnya Soeharto pun terjadi di berbagai kampus. Mahasiswa saat itu masih melakukan demonstrasi di lingkungan internal kampus, dan belum turun ke jalan.
Aksi turun ke jalan terjadi pada Mei 1998, salah satunya adalah demonstrasi besar di Yogyakarta pada 8 Mei 1998.
Sikap represif aparat keamanan saat itu menyebabkan timbulnya korban jiwa, yaitu tewasnya Moses Gatotkaca dalam Tragedi Gejayan.
Tidak lama kemudian, aksi kekerasan yang dilakukan aparat kembali terjadi pada 12 Mei 1998 dan menewaskan sejumlah orang, termasuk empat mahasiswa Universitas Trisakti.
Setelah Tragedi Trisakti, terjadi kerusuhan di sejumlah tempat yang menyebabkan Indonesia dalam situasi penuh kekacauan.
Hal ini menyebabkan mahasiswa kembali turun ke jalan, hingga akhirnya pada 18 Mei 1998 berhasil menguasai Gedung MPR/DPR.
Dikuasainya Gedung MPR/DPR menjadi penanda semakin runtuhnya kekuasaan Soeharto. Sebab, setelah itu Soeharto tidak kuasa menahan bendungan permintaan untuk mundur, termasuk yang datang dari pimpinan MPR, pihak yang memilihnya sebagai presiden beberapa waktu sebelumnya.
Hingga akhirnya, dikuasainya Gedung MPR/DPR oleh mahasiswa menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah bangsa. Apa saja yang terjadi pada 18 Mei 1998 itu? Simak dalam infografik berikut ini: