KOMPAS.com - Di tengah sebaran disinformasi seputar konflik antara Rusia dan Ukraina, muncul pemeriksa fakta palsu yang dengan sengaja membuat klaim keliru.
Informasi ini disampaikan oleh editor The Verge, Kevin Nguyen dalam wawancaranya dengan jurnalis NPR, Daniel Estrin. Nguyen belakangan menulis tentang perang informasi untuk Australian Broadcasting Corporation.
Umumnya, pemeriksa fakta independen menelusuri sebaran hoaks di media sosial, kemudian memaparkan hasil penelusuran fakta mereka di media masing-masing.
Anda mungkin pernah melihat artikel cek fakta di media tersebut secara langsung atau menemukannya pada sebuah post Facebook yang dinilai memuat informasi keliru.
Namun, belakangan ditemukan pemeriksa fakta palsu atau fake fact-checker yang muncul di aplikasi perpesanan Telegram.
Mereka bertindak seperti pemeriksa fakta independen, tetapi jika diamati kembali, mereka sebenarnya mengemas artikel pemeriksa fakta dengan narasi propaganda pro-Rusia, yang menyebarkan berita palsu tentang invasi.
Baca juga: Laporan Meta: Invasi Rusia ke Ukraina Picu Gelombang Disinformasi
Pemeriksa fakta palsu yang disebutkan oleh Nguyen, lebih banyak bekerja melalui Telegram.
Telegram adalah aplikasi gratis berbasis di Dubai, yang memungkinkan orang bertukar pesan, foto, dan video dalam kelompok, hingga 5.000 pengguna. Pendirinya adalah Nikolai Durov dan Pavel Durov.
Penting diketahui bahwa Telegram menggunakan teknologi enkripsi bikinan sendiri bernama MTProto. Protokol itu dikerjakan langsung oleh Nikolai Durov.
Enkripsi merupakan proses teknis yang mengubah informasi menjadi kode rahasia, sehingga mengaburkan data yang dikirim, diterima, atau disimpan oleh pengguna.
Pemeriksa fakta palsu menggunakan semacam outlet, kemudian memberikan informasi yang menurut mereka eksklusif berdasarkan analisis forensik suatu peristiwa atau video tertentu yang beredar selama terjadi invasi Ukraina.
Baca juga: Benarkah Sniper Paling Mematikan di Dunia Tewas oleh Pasukan Khusus Rusia di Ukraina?
Konten mereka tampak dan terdengar seperti sanggahan, tetapi palsu.
Misalnya, pada 1 April 2022, ketika pasukan Ukraina merebut kembali Bucha, timur laut Kyiv, mereka menemukan kejadian tragis.