KOMPAS.com - Setiap belahan Bumi memiliki kisah unik tentang makhluk-makhluk misterius yang keberadaannya antara ada dan tiada.
Di belahan Amerika Utara, salah satu makhluk yang hingga kini masih diperdebatkan keberadaannya adalah Sasquatch atau populer dengan julukan Bigfoot.
Bigfoot digambarkan sebagai kera raksasa yang berdiri dengan dua kaki seperti manusia, namun sekujur tubuhnya tertutup bulu berwarna hitam legam.
Laporan mengenai keberadaan Bigfoot telah berulangkali menyita perhatian publik, namun hasil investigasi terhadap laporan-laporan itu ternyata nihil dan sebagian bahkan terbukti sebagai hoaks.
Baca juga: Mitos Yeti Si Manusia Salju dan Penelitian untuk Mencari Keberadaannya
Dilansir dari Britannica, sebagian orang meyakini Bigfoot menghuni kawasan barat laut Amerika Serikat dan juga wilayah Kanada bagian barat.
Penjelajah Inggris David Thompson disebut sebagai orang pertama (1811) yang menemukan petunjuk keberadaan Bigfoot, setelah menemukan satu set jejak kaki makhluk itu.
Bigfoot digambarkan sebagai primata dengan tinggi berkisar antara 6 hingga 15 kaki (2 hingga 4,5 meter), berdiri tegak dengan dua kaki.
Makhluk berbulu hitam legam itu disebut memiliki bau busuk, dan bergerak tanpa suara atau mengeluarkan teriakan bernada tinggi.
Jejak kaki Bigfoot diklaim memiliki panjang hingga 24 inci (60 cm) dan lebar 8 inci (20 cm).
Ilmuwan Soviet, Boris Porshnev, menyebut bahwa Bigfoot dan kembarannya dari Siberia, Almas, bisa jadi merupakan sisa-sisa Neanderthal, tetapi sebagian besar ilmuwan tidak mengakui keberadaan kedua makhluk itu.
Baca juga: Mitos Monster Loch Ness dan Hoaks tentang Penampakannya
Dilansir dari Live Science, laporan mengenai penampakan Bigfoot yang dipublikasikan oleh media dapat dilacak hingga tahun 1884.
Pada saat itu, surat kabar British Colonist di Victoria, Kanada menerbitkan laporan tentang makhluk "sejenis gorila" yang ditangkap di daerah tersebut.
Baca juga: Mitos-mitos tentang Gladiator yang Muncul di Film