KOMPAS.com - Sebelum masifnya penggunaan internet, kerja pemeriksa fakta sudah ada meski berbeda dengan lanskap cek fakta yang masih terus berkembang hingga sekarang.
Di era di mana semua orang bisa memproduksi dan mendapat informasi cepat melalui internet, sebaran informasi keliru tidak dapat dihindari. Terutama di media sosial.
Kerja pemeriksa fakta difokuskan untuk menyanggah misinformasi dan disinformasi tersebut.
Lantas, bagaimana kerja pemeriksa fakta sebelum ada internet?
Baca juga: Hari Cek Fakta Internasional 2022, Ini Cara Merayakannya...
Pada dasarnya mengabarkan berdasarkan fakta merupakan hal utama dalam jurnalisme. Reporter dan editor memang bekerja sebaik mungkin untuk meminimalisasi kesalahan.
Akan tetapi, ada kalanya kerja reporter dan editor di ruang redaksi melakukan. Di situlah peran pemeriksa fakta internal bekerja.
Di Amerika Serikat (AS), sekitar pergantian abad ke-20, beredar jurnalisme kuning yang kerap memberitakan hal-hal sensasional, terutama sepanjang 1890-an.
Kemudian, pada awal 1900-an, para jurnalis mulai giat menulis laporan investigatif atau muckraking.
Muckraking adalah istilah yang dipopulerkan Presiden Theodore Roosevelt menunjuk para jurnalis yang menulis berbagai penyimpangan atau penyalahgunaan kekuasaan.
Contohnya, pelanggaran hak asasi manusia, kejahatan korporasi, eksploitasi industri, skandal korupsi, penjajahan, perdagangan buruh, dan sebagainya.
Baca juga: Soal Doxxing dan Upaya Untuk Memperkuat Kerja Pemeriksa Fakta di Indonesia
Akurasi dan ketidakberpihakan atau independensi media mulai dianggap penting.
Media-media di AS mulai menyadari bahwa laporan investigatif membutuhkan proses verifikasi yang berlapis-lapis, sehingga banyak redaksi yang memutuskan untuk membuat tim cek fakta khusus.
Meskipun, saat itu tim cek fakta tidak diumumkan sebagai satu profesi tersendiri.
Kerja pemeriksa fakta sebelum maraknya internet, tidak banyak diungkapkan karena mereka ada di bagian internal.
Mereka bagian dari redaksi yang bekerja di balik layar, sebelum koran, majalah, atau publikasi lainnya diterbitkan.
Dilansir dari Time, 24 Agustus 2017, kerja pemeriksa fakta dalam dunia jurnalistik yang hampir tidak pernah dikenal sebelumnya, lama-lama menjadi standar praktik jurnalisme di banyak majalah AS.
Baca juga: Sejarah Fact-Checker: Awalnya Dianggap Pekerjaan Khusus Perempuan