KOMPAS.com - Virus corona sudah diketahui ada berdasarkan penelitian ilmiah sejak 1960-an, tetapi penyakit yang ditimbulkan akibat sebaran virusnya bisa berbeda-beda.
Virus corona merupakan salah satu dari keluarga besar virus yang tidak hanya beredar pada populasi hewan, tetapi juga manusia.
Karena itu, virus corona bersifat zoonosis atau bisa menular antara hewan dan manusia.
Virus corona penyebab Covid-19 memang baru ditemukan pada akhir 2019 lalu. Ini adalah jenis virus baru yang berbeda dengan virus corona yang ditemukan puluhan tahun lalu.
Baca juga: Pandemi Sudah Hampir 2 Tahun, Kenapa Hoaks Covid-19 Masih Bermunculan?
Menurut Jurnal Pediatric Infectious Disease edisi November 2005, kasus pertama virus corona pada manusia, pertama kali diteliti oleh David Arthur John Tyrrell dan Malcolm L Bynoe pada 1965.
Mereka merupakan ilmuan dari Rumah Sakit Harvard, Inggris. Pada akhir 1960-an, Tyrrell memimpin sekelompok ahli virologi meneliti strain virus pada manusia dan sejumlah binatang.
Ketika bekerja dengan Bynoe, mereka mengisolasi virus dari saluran pernapasan seorang pasien. Pasien dewasa ini mengalami flu biasa, tetapi Tyrrell dan Bynoe menemukan adanya virus bernama B814.
Penelitian lebih lanjut dilakukan, hingga mereka menemukan pertikel menyerupai virus bronkitis yang menular pada ayam.
Mereka melakukan penelitian lainnya dengan menganalisis strain manusia dan sejumlah virus dari hewan, seperti virus bronkitis, virus hepatitis pada tikus, hingga virus penyebab radang lambung pada babi.
Baca juga: Kominfo: Hoaks Seputar Covid-19 Mengancam Keselamatan Jiwa Masyarakat
Semua virus itu secara morfologi mirip jika dilihat dengan mikroskop elektron.
Kelompok virus tersebut lantas dinamakan virus corona karena bentuk permukaan yang mirip mahkota. Belakangan, nama corona resmi diterima sebagai genus baru virus.
Terdapat beberapa jenis virus yang bermula dari genus virus corona, meliputi: