KOMPAS.com - Popularitas aplikasi pencari jodoh atau mencari teman kencan semakin besar setelah dokumenter Tinder Swindler (2022) tayang di Netflix.
Tinder Swindler menceritakan tentang seorang penipu yang beraksi di aplikasi kencan Tinder.
Penipu bernama Simon Leviev ini berpura-pura menjadi anak seorang miliarder dan pengusaha berlian dalam mencari pacar.
Setelah mendapatkan pacar, juga kepercayaannya, Simon kemudian menipunya untuk mentransfer uang dalam jumlah besar.
Simon yang disebut sebagai warga negara Israel ini menipu sejumlah perempuan dari berbagai negara, terutama di Eropa. Dia berpindah-pindah tempat dengan menggunakan uang hasil aksinya.
Penipuan yang dilakukan menggunakan skema Ponzi. Simon Leviev akan menaklukkan korban hingga transfer uang dalam jumlah besar.
Kemudian, uang yang diberikan oleh A akan digunakan dalam aksi membohongi B, dengan cara mengajaknya pergi menggunakan pesawat jet pribadi atau liburan di hotel mewah.
Setelah B tertipu, Simon akan menggunakan uangnya untuk membohongi C, dan seterusnya.
Namun, kelakuan buruk Simon bukan berarti dating apps seperti hanya dimanfaatkan oleh para penipu.
Pengguna dating apps tetap besar. Selain itu, ada banyak aplikasi kencan selain Tinder yang saat ini beredar di pasar aplikasi.
Seperti apa dan bagaimana popularitasnya? Berikut infografiknya: