Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Kompas.com - 13/05/2024, 07:15 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badai Matahari yang terjadi pada 10-12 Mei 2024 mengakibatkan gangguan geomagnetik atau magnet Bumi.

Koordinator Bidang Geofisika Potensial Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhamad Syirojudin mengatakan, gangguan magnet Bumi berdampak bagi kehidupan manusia sehari-hari.

Menurutnya, gangguan magnet Bumi mengakibatkan komunikasi berbasis satelit menjadi sulit tersambung.

“Untuk sumber gangguannya dari faktor aktivitas Matahari, yaitu lontaran massa korona,” ujar Syirojudin kepada Kompas.com, Sabtu (11/5/2024).

Baca juga: Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Bahkan, jaringan satelit orbital Starlink yang dimiliki pengusaha asal Amerika Serikat (AS), Elon Musk, juga mengalami gangguan atau tidak terkoneksi dengan baik karena gangguan magnet Bumi.

“Untuk wilayah Indonesia sendiri karena berada di wilayah ekuator mungkin dampaknya gangguan pada beberapa komunikasi berbasis satelit," lanjutnya.

Baca juga: Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Peringatan skala G5

Syirojudin mengatakan, menurut Pusat Prediksi Cuaca Antariksa Amerika Serikat (AS) NOAA, gangguan magnet Bumi mencapai skala G4 pada Jumat (10/5/2025).

Satu hari setelahnya atau tepatnya pada Sabtu (11/5/2024), badan tersebut menaikkan skala gangguan magnet Bumi dari G4 menjadi G5.

Untuk diketahui, skala gangguan magnet Bumi terdiri dari G1, G2, G3, G4, dan G5. Penjelasan dari masing-masing skala dapat dilihat melalui gambar di bawah ini:

Skala dampak badai magnet Bumi.BMKG Skala dampak badai magnet Bumi.

Baca juga: Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Penyebab gangguan magnet Bumi

Syirojudin menerangkan, jaringan sensor magnet bumi BMKG di seluruh Indonesia telah mendeteksi adanya badai magnet Bumi dengan skala moderat pada Sabtu (11/5/2024).

Gangguan magnet Bumi bersumber dari ledakan bintik Matahari mati yang terjadi pada tanggal 7-9 Mei 2024.

Aktivitas di permukaan Matahari tersebut mengakibatkan terlepasnya energi radiasi dalam jumlah besar berupa lontaran massa korona yang dapat mengakibatkan gangguan magnet Bumi skala kuat atau skala G5 di Bumi.

Berdasarkan hasil monitoring BMKG dari nilai Kp-indeks, badai Matahari mencapai puncaknya di permukaan Bumi pada Sabtu (11/5/2024) pukul 7 UTC.

Untuk diketahui, Kp-indeks adalah nilai rata-rata K-indeks dari beberapa wilayah di Indonesia yang menginformasikan tingkat gangguan medan magnet Bumi setiap tiga jam di wilayah Indonesia.

“Nilai Kp-indeks maksimum yang tercatat adalah 8, hal ini mengindikasikan badai magnet bumi dengan tingkat kuat,” jelas Syirojudin.

Baca juga: BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Halaman:
Baca tentang

Terkini Lainnya

Kesaksian Warga Palestina yang Diikat di Kap Mobil dan Dijadikan Tameng oleh Tentara Israel

Kesaksian Warga Palestina yang Diikat di Kap Mobil dan Dijadikan Tameng oleh Tentara Israel

Tren
Ethiopia Selangkah Lagi Miliki Proyek Bendungan PLTA Terbesar di Afrika

Ethiopia Selangkah Lagi Miliki Proyek Bendungan PLTA Terbesar di Afrika

Tren
Jet Tempur Israel Serang Klinik di Gaza, Runtuhkan Salah Satu Pilar Kesehatan Palestina

Jet Tempur Israel Serang Klinik di Gaza, Runtuhkan Salah Satu Pilar Kesehatan Palestina

Tren
Sama-sama Baik untuk Pencernaan, Apa Beda Prebiotik dan Probiotik?

Sama-sama Baik untuk Pencernaan, Apa Beda Prebiotik dan Probiotik?

Tren
Dilirik Korsel, Bagaimana Nasib Timnas Indonesia jika Ditinggal STY?

Dilirik Korsel, Bagaimana Nasib Timnas Indonesia jika Ditinggal STY?

Tren
Ramai soal Siswi SMAN 8 Medan Tak Naik Kelas, Ini Penjelasan Polisi, Kepsek, dan Disdik

Ramai soal Siswi SMAN 8 Medan Tak Naik Kelas, Ini Penjelasan Polisi, Kepsek, dan Disdik

Tren
Perang Balon Berlanjut, Kini Korut Kirimkan Hello Kitty dan Cacing ke Korsel

Perang Balon Berlanjut, Kini Korut Kirimkan Hello Kitty dan Cacing ke Korsel

Tren
Perjalanan Kasus Karen Agustiawan, Eks Dirut Pertamina yang Rugikan Negara Rp 1,8 T

Perjalanan Kasus Karen Agustiawan, Eks Dirut Pertamina yang Rugikan Negara Rp 1,8 T

Tren
Ini Kronologi dan Motif Anak Bunuh Ayah Kandung di Jakarta Timur

Ini Kronologi dan Motif Anak Bunuh Ayah Kandung di Jakarta Timur

Tren
Pasangan Haji Meninggal Dunia, Jalan Kaki Berjam-jam di Cuaca Panas dan Sempat Hilang

Pasangan Haji Meninggal Dunia, Jalan Kaki Berjam-jam di Cuaca Panas dan Sempat Hilang

Tren
Kata Media Asing soal PDN Diserang 'Ransomware', Soroti Lemahnya Perlindungan Siber Pemerintah Indonesia

Kata Media Asing soal PDN Diserang "Ransomware", Soroti Lemahnya Perlindungan Siber Pemerintah Indonesia

Tren
Populasi Thailand Turun Imbas Resesi Seks, Warga Pilih Adopsi Kucing

Populasi Thailand Turun Imbas Resesi Seks, Warga Pilih Adopsi Kucing

Tren
Kisah Nenek Berusia 105 Tahun Raih Gelar Master dari Stanford, Kuliah sejak Perang Dunia II

Kisah Nenek Berusia 105 Tahun Raih Gelar Master dari Stanford, Kuliah sejak Perang Dunia II

Tren
Kronologi dan Kejanggalan Kematian Afif Maulana Menurut LBH Padang

Kronologi dan Kejanggalan Kematian Afif Maulana Menurut LBH Padang

Tren
7 Fakta Konser di Tangerang Membara, Vendor Rugi Rp 600 Juta, Ketua Panitia Diburu Polisi

7 Fakta Konser di Tangerang Membara, Vendor Rugi Rp 600 Juta, Ketua Panitia Diburu Polisi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com