Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal "Heatwave" Melanda Negara-negara Asia, Apakah Berpotensi Terjadi di Indonesia?

Kompas.com - 03/05/2024, 11:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Penyebab gelombang panas

Lebih lanjut Guswanto menjelaskan terkait penyebab gelombang panas yang terjadi di beberapa negara di Asia, terutama Asia Selatan dan Asia Tenggara bagian utara.

Ia menyebut, gelombang panas itu akibat dari terbentuknya pusat tekanan tinggi di atmosfer atas (lebih dari tiga kilometer) yang membuat udara panas terdiam di titik itu dalam waktu lama, harian, hingga mingguan.

"Udara panas bertekanan tinggi ini pun kemudian turun, memanaskan udara di permukaan secara adiabatik. Kejadian ini jamak dikontrol oleh pola arus jet (jetstream) dan gelombang Rossby," jelas dia.

Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, Guswanto mengatakan, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhu permukaan meningkat karena umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer.

Selanjutnya, pusat tekanan atmosfer tinggi itu menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalilr masuk ke area tersebut.

"Kemudian posisi Matahari yang berada di Bagian Bumi Utara (BBU), menyebabkan wilayah-wilayah Asia khususnya Asia Selatan mendapatkan penyinaran Matahari yang maskimum, sehingga suhu di wilayah tersebut akan terus meningkat," terang Guswanto

Tak hanya itu, ketika suhu air laut meningkat secara signifikan, hal tersebut juga dapat memengaruhi iklim daratan di sekitarnya.

Kemudian, perubahan suhu air laut dapat memengaruhi pola angin, menyeret massa udara hangat ke daratan, yang kemudian menyebabkan peningkatan suhu di wilayah tersebut.

Selain itu, kata Guswanto, suhu air laut yang lebih tinggi juga dapat menyebabkan penguapan yang lebih besar, meningkatkan kelembapan udara, yang pada gilirannya dapat memperkuat efek panas di daratan.

"Secara Klimatologis, suhu udara tertinggi bulanan terjadi pada Bulan April, Mei, Juni untuk wilayah Asia, kemudian ketika pada saat bulan April, Mei, Juni Enso berada pada fase El-Nino," ucap dia.

"Sehingga, hal ini akan berdampak suhu udara akan bertambah panas atau meningkat (Indeks ENSO sebesar+0.93, El Nino lemah)," imbuhnya.

Baca juga: Thailand Dilanda Suhu Panas, Dilaporkan 30 Orang Meninggal Dunia akibat Heat Stroke

Suhu di 2024 lebih panas dibanding 2023

Berdasarkan data suhu, anomali suhu udara secara global pada tahun 2024 lebih besar dibandingkan tahun 2023.

Guswanto memberikan contoh pada Januari, Februari, Maret 2023 sebesar 1,4 derajat C, 1,58 derajat C, dan 1,66 derajat C.

Sedangkan pada Januari, Februari, Maret 2024 suhu berada di sekitar 1,89 derajat C, 2,07 derajat C, dan 2,08 derajat C.

"Anomali suhu udara yang bertambah besar ini menunjukkan bahwa suhu udara semakin panas," tambah Guswanto.

Halaman:

Terkini Lainnya

Jelang Puncak Haji, Bus Shalawat Sementara Setop Layani Jemaah

Jelang Puncak Haji, Bus Shalawat Sementara Setop Layani Jemaah

Tren
Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Tren
Mungkinkah 'Psywar' Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Mungkinkah "Psywar" Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Tren
Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Tren
Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Tren
Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Tren
Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Tren
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Tren
Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Tren
Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Tren
Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tren
Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Tren
Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Tren
Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi 'Fraud'

Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi "Fraud"

Tren
5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com