Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Kompas.com - 29/04/2024, 14:00 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Review makanan atau kuliner berujung usaha jadi sepi hingga bangkrut, ramai dibahas oleh warganet.

Dalam unggahan akun @5teV3n_Pe**L, Kamis (25/4/2024) pukul 18.35 WIB, pengunggah menceritakan seorang pemilik usaha kuliner akhirnya bangkrut selepas menerima kritikan atau di-review oleh seorang kreator konten.

Dalam unggahan tersebut, banyak warganet yang mempertanyakan aturan atau etika dalam memberikan review makanan atau usaha tertentu.

Karena saat sebuah review bernada buruk atau negatif, maka restoran berisiko jadi sepi pembeli dan berpeluang jadi bangkrut.

Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Lemak dan Makanan yang Menjadi Sumbernya


Penjelasan ahli hukum

Guru Besar Hukum Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Adi Sulistiyono mengatakan bahwa kreator konten, influencer, maupun chef yang terkait dengan makanan memang dilindungi Undang-Undang (UU) Konsumen, yaitu pada pasal 4 dan 7 UU Nomor 8 Tahun 1999.

Dalam pasal tersebut, konsumen memang diperbolehkan untuk melakukan review terhadap makanan, minuman, atau barang yang dibeli.

Menurut Adi, kritik yang diberikan kepada makanan, minuman, maupun barang yang dibeli sebetulnya secara hukum sah dan dilindungi UU selama review tersebut memang jujur dan diberikan oleh mereka yang ahli di bidangnya.

“Terkait masalah review, di UU ITE sebetulnya juga tidak dapat digunakan untuk melapor karena korban harus berupa 'manusia'. Kalau ini yang dikritik kan makanan atau barang,” ungkap Adi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (27/4/2024).

Meskipun demikian, Adi tidak membenarkan tindakan kritik berlebihan yang dilakukan terhadap produsen atau pedagang tertentu.

Ia menyarankan agar para influencer, food vlogger, kritikus makanan, atau chef agar tidak membagikan kritik yang terlalu buruk apabila menemui makanan atau barang yang memang betul-betul tidak baik atau kurang enak.

Selain itu, Adi juga menuturkan bahwa review yang diberikan juga harus menyertakan kelebihan yang dimiliki oleh restoran tersebut agar berimbang.

Di sisi lain, Adi menekankan kepada pelaku bisnis yang menjual makanan untuk all out atau totalitas dalam membangun usahanya.

“Jadi saran saya untuk pelaku bisnisnya juga harus all out, baik dari segi kebersihan, pengemasan, rasanya, sampai manajemennya. Apabila ada kritik bisa ditanggapi selagi tidak mengandung fitnah,” kata Adi.

Baca juga: Siomay Ranking 1 Makanan Terbaik di Asia Tenggara 2024 Versi Taste Atlas

Pendapat chef hotel

Chef & Beverage Manager Hotel Grandhika Semarang, Teguh Firmanto juga angkat suara soal kasus review buruk yang berpotensi menjatuhkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Chef Teguh mengatakan bahwa sebenarnya di bidang food and beverage (FnB) memang butuh kritik dari orang lain.

Namun, kritik yang diberikan pun juga harus benar dan membangun agar suatu usaha kuliner dapat lebih baik lagi.

“Seseorang melakukan review itu harus ada adabnya dan tidak bisa langsung diunggah karena nantinya akan menjatuhkan pelaku usaha tersebut,” ungkap Chef Teguh saat dihubungi Kompas.com, Jumat (26/4/2024).

Apabila review yang tak seimbang tersebut diunggah dan dilihat banyak orang, maka akan ada banyak faktor yang terimbas, termasuk para karyawan.

Selain itu, Chef Teguh juga mengungkapkan bahwa setiap orang memiliki preferensi masing-masing yang tidak dapat dibandingkan satu sama lain.

Chef Teguh menyarankan, apabila menemukan makanan atau minuman yang kurang sesuai dengan lidah, lebih baik apabila kritik dan saran diberikan kepada pemilik restoran atau supervisor yang ada di tempat.

Baca juga: Menelusuri Sejarah Ketupat dan Maknanya sebagai Makanan Khas Lebaran

Cara review makanan tanpa menjatuhkan

Ilustrasi review makananUnsplash/Christin Hume Ilustrasi review makanan
Lebih lanjut, Chef Teguh memberikan saran agar food vlogger, chef, atau masyarakat umum dapat memberikan ulasan makanan yang baik tanpa menjatuhkan.

Langkah pertama, Chef Teguh menyarankan agar seseorang mengetahui betul preferensi atau selera dari makanan atau minuman.

Hal ini akan menentukan apabila ketika bertemu dengan makanan atau minuman yang berbeda dengan preferensi, pengunggah tidak akan langsung menjatuhkan.

Selanjutnya, apabila bertemu dengan makanan atau minuman yang kurang sesuai, kita harus menemui koki atau supervisor yang ada di lokasi tersebut.

“Kita bisa cari tahu terlebih dahulu, apakah makanan ini cenderung manis, asin, pedas, atau yang lain. Jadi, apabila preferensinya berbeda dari lidah kita, tidak akan langsung bilang tidak enak begitu saja,” tutur Chef Teguh.

Lalu saat akan diunggah di media sosial, Chef Teguh menyarankan agar saat melakukan review makanan, seseorang juga dapat menyampaikan preferensinya terhadap makanan.

“Preferensi itu misalnya lebih ke kadar manis, pedas, asin, atau asam dari seseorang. Apakah seseorang tersebut itu termasuk orang yang suka manis, atau justru kurang suka manis, seharusnya itu dikatakan saat review,” katanya.

Chef Teguh memberi contoh, semisal ada yang akan mengulas tentang gudeg khas Yogyakarta yang memiliki rasa cenderung sangat manis.

Seseorang tidak bisa langsung mengatakan tidak enak apabila preferensinya memang lebih menyukai makanan asin.

Baca juga: Jangan Berlebihan, Ini Jumlah Kalori Makanan dan Kue Lebaran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Bukan karena Cobek dan Ulekan Batu, Ini Penyebab Munculnya Batu Ginjal

Bukan karena Cobek dan Ulekan Batu, Ini Penyebab Munculnya Batu Ginjal

Tren
Kisah Bayi 2 Hari Alami Radang Otak Usai Dicium Pembawa Herpes

Kisah Bayi 2 Hari Alami Radang Otak Usai Dicium Pembawa Herpes

Tren
Cerita Rokiah, Jemaah Haji Difabel Indonesia yang Berangkat Seorang Diri, Kini Bertemu Sahabat Baru

Cerita Rokiah, Jemaah Haji Difabel Indonesia yang Berangkat Seorang Diri, Kini Bertemu Sahabat Baru

Tren
Turis Digigit Monyet Saat Berkunjung ke Monkey Forest Ubud, Mengaku Suntik Antirabies Rp 97 Juta

Turis Digigit Monyet Saat Berkunjung ke Monkey Forest Ubud, Mengaku Suntik Antirabies Rp 97 Juta

Tren
Teka-teki Pemegang Akun Facebook Icha Shakila, Diyakin Jadi Dalang Kasus Ibu Cabuli Anak

Teka-teki Pemegang Akun Facebook Icha Shakila, Diyakin Jadi Dalang Kasus Ibu Cabuli Anak

Tren
Kapan Pengumuman Hasil UTBK SNBT 2024? Ini Jadwal dan Cara Ceknya

Kapan Pengumuman Hasil UTBK SNBT 2024? Ini Jadwal dan Cara Ceknya

Tren
Belajar dari Kasus di Kosambi, di Mana Tempat Meletakkan Tabung Gas LPG yang Benar?

Belajar dari Kasus di Kosambi, di Mana Tempat Meletakkan Tabung Gas LPG yang Benar?

Tren
Orang yang Berkurban Dianjurkan Tidak Potong Kuku dan Rambut, Mulai Kapan?

Orang yang Berkurban Dianjurkan Tidak Potong Kuku dan Rambut, Mulai Kapan?

Tren
Klaim Sengaja Gagalkan Penalti Kedua Saat Lawan Indonesia, Berikut Profil Striker Irak Ayman Hussein

Klaim Sengaja Gagalkan Penalti Kedua Saat Lawan Indonesia, Berikut Profil Striker Irak Ayman Hussein

Tren
Ketika Dua Keluarga Jokowi Kini Duduki Jabatan Strategis di Pertamina...

Ketika Dua Keluarga Jokowi Kini Duduki Jabatan Strategis di Pertamina...

Tren
Siapa Saja Orang yang Tak Disarankan Minum Kopi?

Siapa Saja Orang yang Tak Disarankan Minum Kopi?

Tren
Sosok Rita Widyasari, Eks Bupati Kutai Kartanegara Terpidana Korupsi dengan Kekayaan Fantastis

Sosok Rita Widyasari, Eks Bupati Kutai Kartanegara Terpidana Korupsi dengan Kekayaan Fantastis

Tren
4 Teh untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, Direkomendasikan Ahli Diet

4 Teh untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, Direkomendasikan Ahli Diet

Tren
5 Fakta Kasus Pengeroyokan Bos Rental hingga Meninggal di Sukolilo Pati

5 Fakta Kasus Pengeroyokan Bos Rental hingga Meninggal di Sukolilo Pati

Tren
Benarkah Tidak Makan Nasi Bisa Bantu Menurunkan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes?

Benarkah Tidak Makan Nasi Bisa Bantu Menurunkan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com