Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Hewan Mencium Rasa Takut pada Manusia?

Kompas.com - 02/03/2024, 11:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan berpendapat bahwa aroma yang dihasilkan oleh tubuh manusia ketika merasa takut dapat memberikan sinyal kepada binatang termasuk hewan peliharaan.

Dikutip dari LiveScience, Minggu (25/2/2024), penelitian berbeda yang dilakukan terhadap kuda dan anjing membuktikan bahwa hewan bisa mencium rasa takut manusia.

Diketahui, terdapat beberapa senyawa dalam keringat manusia, seperti adrenalin atau androstadienon (protein mirip feromon), yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan aroma tubuh saat ketakutan.

Penelitian pada tikus juga menceritakan hal sama, bahwa hewan pengerat ini juga bisa merasakan rasa takut manusia hanya dengan mencium aromanya.

Baca juga: Benarkah Harimau Doyan Makan Durian? Begini Penjelasan Pakar

Penelitian terhadap kuda

Penelitian yang dilakukan terhadap kuda dilaporkan di jurnal Scientific Reports yang terbit pada 2023.

Para peneliti meminta partisipan menonton klip komedi pada suatu hari dan film horor pada hari berikutnya.

Setelah menonton setiap video itu, dikumpulkan sampel keringat dari ketiak partisipan menggunakan kapas.

Para partisipan diminta untuk melaporkan seberapa besar rasa senang dan takut saat menonton setiap video tersebut.

Kemudian, para peneliti menyajikan dua sampel usap dari rasa senang dan takut manusia yang sama ke seekor kuda untuk melihat reaksinya.

Ilustrasi kuda. Kuda bisa mendeteksi rasa takut pada manusia.PIXABAY/Demiahl Ilustrasi kuda. Kuda bisa mendeteksi rasa takut pada manusia.
Rupanya reaksi yang muncul dari kuda berbeda, tergantung dengan sampel yang diberikan kepadanya.

“Saat kuda mencium sampel kegembiraan, mereka hanya menggunakan lubang hidung kirinya,” ujar penulis utama studi itu, Plotine Jardat.

“Itu menunjukkan bagian otak mana yang mereka gunakan untuk menganalisis bau. Pada semua mamalia, kedua belahan otak memiliki fungsi yang berbeda, dan dalam konteks emosional, sepertinya bau dari sampel kegembiraan dianggap positif oleh kuda,” lanjutnya.

Meski begitu, ia memaparkan bahwa hal itu tidak berarti bahwa kuda mengetahui apa itu rasa takut pada manusia.

“Ini tidak seperti ketika kuda mencium bau binatang lain, kata ‘ketakutan’ terlintas di benak mereka. Tetapi sekarang kita tahu bahwa (kuda) dapat membedakan bau dari berbagai kondisi emosi manusia,” ungkapnya.

Kemudian, para peneliti di studi itu berpendapat, sinyal kemo yang merupakan bahan kimia dari hewan kemungkinan menjadi penyebab dari reaksi kuda tersebut.

Baca juga: Bukan Hanya Manusia, Ini 5 Hewan yang Berhasil Pergi ke Luar Angkasa

Penelitian terhadap anjing

Sementara, penelitian kepada anjing terhadap aroma rasa takut manusia dilaporkan di jurnal Animal Cognition pada 2018.

Para peneliti menugaskan anjing Labrador untuk mengendus sampel yang diambil dari ketiak partisipan pria setelah menonton klip video membahagiakan dan menakutkan.

Para peneliti menempatkan sampel di dalam kotak dengan bukaan dan menempatkan kotak tersebut di dalam ruangan tertutup dengan dua orang, yakni orang asing dan si pemilik anjing.

Para peneliti menemukan, anjing bereaksi berbeda tergantung pada apakah mereka mencium aroma manusia yang ketakutan atau bahagia.

“Saat anjing mencium bau orang yang bahagia, mereka meningkatkan interaksinya dengan orang asing di dalam ruangan,” ucap pemimpin penulis studi, Biagio D’Aniello.

Ilustrasi anjing Labrador retriever. Anjing bisa mendeteksi rasa takut pada manusia.Shutterstock/sanjagrujic Ilustrasi anjing Labrador retriever. Anjing bisa mendeteksi rasa takut pada manusia.
Namun ketika mengendus sampel dari seseorang yang ketakutan, anjing tersebut memberikan reaksi sangat berbeda.

“Ketika mereka mencium bau ketakutan, mereka akan mendatangi pemiliknya atau pergi ke pintu dan mencoba meninggalkan ruangan,” tambah penulis lain di studi, Anna Scandurra.

Mereka kemudian sampai pada kesimpulan yang menyatakan bahwa reaksi anjing kemungkinan besar disebabkan oleh sinyal kimia.

Sinyal kimia itu menunjukkan bahwa komunikasi emosional “antar-spesies” berperan dalam mendeteksi rasa takut manusia.

Baca juga: Dijuluki Fosil Hidup, Berikut 8 Hewan Purba yang Masih Ada sampai Sekarang

Penelitian pada tikus

Para peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia menemukan, tikus dapat merasakan ketakutan orang yang memegangnya, meski orang itu tidak memperlihatkan ekspresi takut.

Penelitian yang ditulis di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) menunjukkan, tikus bereaksi terhadap emosi negatif manusia, seperti rasa takut.

Dikutip dari ScienceinPoland (2023), para partisipan dalam penelitian ini dikondisikan untuk mengalami emosi negatif.

"Selama penelitian, para sukarelawan duduk di depan komputer dan mengetahui bahwa tampilan kotak-kotak dengan warna tertentu disertai dengan stimulus listrik yang agak tidak menyenangkan," bunyi keterangan penelitian itu.

Partisipan-partisipan itu diamati oleh para peneliti yang kemudian mencatat adanya aktivitas pada otak ketika merasakan takut.

Rasa takut atau rasa tidak nyaman tersebut kemudian mengaktifkan bagian amigdala di otak partisipan.

"Amigdala adalah bagian otak kuno yang bertanggung jawab untuk merasakan takut," kata mereka.

Kemudian penelitian dilanjutkan dengan mengondisikan partisipan dipertemukan dengan tikus.

Para partisipan diminta untuk mendekati tikus di kandang sebelum dan sesudah dikondisikan untuk merasakan takut.

Ditemukan, ketika manusia tidak merasa takut, tikus menghabiskan sebagian besar waktunya di dekat tangan partisipan.

Sebaliknya, tikus-tikus akan berlarian di sekitar kandang dan mengendus-endus ketika didekati partisipan yang dikondisikan dengan rasa takut.

"Ini adalah perilaku khas tikus ketika mereka tidak merasa aman dengan lingkungannya; mereka menjelajahinya untuk menemukan sumber bahaya," jelas pemimpin studi, Ewelina Knapska.

Para peneliti di studi itu kemudian percaya bahwa informasi tentang potensi ancaman mungkin berasal dari aroma.

"Mungkin kita memancarkan zat-zat yang bersifat universal pada spesies yang berbeda. Zat-zat tersebut mungkin ditemukan dalam keringat," imbuh Knapska.

Baca juga: 10 Hewan yang Mampu Bereproduksi Tanpa Pejantan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com