Contoh lain seperti permintaan terhadap energi terbarukan, kendaraan listrik, juga baterai yang tidak diimbangi dengan pasokan produknya.
Dikutip dari Kompas.com (21/1/2024), greenflation juga terjadi saat pemberlakuan pajak karbon untuk bantu menjaga lingkungan hidup malah menyebabkan harga bahan bakar di Perancis naik pada 2018. Hal ini memicu gerakan protes Rompi Kuning di negara tersebut.
Di beberapa negara, greenflation menyebabkan kenaikan harga bahan-bahan logam seperti timah, aluminium, tembaga, serta nikel-kobalt mencapai 91 persen pada 2021.
Harga logam-logam meningkat karena bahan tersebut sering digunakan untuk menciptakan transisi energi hijau.
Baca juga: Respons Pertanyaan Gibran, Mahfud MD: Tidak Layak Dijawab
Sebaliknya, ekonomi hijau atau green economy memiliki arti yang lebih positif daripada greenflation.
Dilansir dari situs Kementerian ESDM, ekonomi hijau merupakan gagasan yang diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan.
Ekonomi hijau diterapkan dengan memastikan perekonomian yang tidak menghasilkan emisi karbondioksida bagi lingkungan, hemat sumber daya alam, dan berkeadilan sosial.
Dikutip dari situs Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), ekonomi hijau diterapkan dengan berinvestasi dan mendorong lapangan kerja pada kegiatan ekonomi, infrastruktur, dan aset yang berupaya mengurangi emisi karbon dan polusi.
Ekonomi hijau juga tampak pada peningkatan efisiensi energi dan sumber daya, serta pencegahan hilangnya keanekaragaman hayati di ekosistem.
Dengan adanya ekonomi hijau, konsumsi sumber daya, produksi limbah, dan emisi yang dihasilkan dalam proses produksi akan berkurang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.