KOMPAS.com - Kereta api (KA) Turangga jurusan Surabaya-Bandung bertabrakan dengan KA Lokal Bandung Raya di petak Stasiun Cicalengka-Haurpugur, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Jumat (5/1/2024) pukul 06.03 WIB.
Kecelakaan ini mengakibatkan empat petugas PT Kereta Api Indonesia (KAI) meninggal dunia sementara 38 orang lainnya mengalami luka-luka.
Sebelum kejadian ini, KA Turangga pernah terlibat kecelakaan lainnya pada 2023.
Beroperasi selama 28 tahun, berikut sejarah operasional KA Turangga.
Baca juga: Detik-detik Tabrakan KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya, Gerbong Terangkat dan Terlempar ke Sawah
KA Turangga memberikan layanan bagi penumpang kelas eksekutif dalam rute pulang-pergi antara Surabaya Gubeng-Bandung.
KA ini berada dalam Daerah Operasi 8 Surabaya milik PT KAI.
KA Turangga awal beroperasi pada 1 September 1995 sebagai kereta kelas bisnis dan eksekutif.
Namun pada 11 Oktober 1999, rangkaian kereta ini sempat diubah menjadi kelas eksekutif satwa.
Diberitakan Kompas TV , KA Turangga menjadi bagian dari jadwal Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA) 2023 yang beroperasi untuk penumpang sejak 1 Juni 2023.
Nama Turangga terinspirasi dari hewan mitologi Jawa, Turangga. Hewan ini merupakan kuda tunggangan para raja dan bangsawan yang terkenal bisa berlari dengan cepat.
KA Turangga menggunakan nomor KA 66 untuk rute Bandung-Surabaya Gubeng sementara nomor KA 65 untuk arah sebaliknya.
Baca juga: Dugaan Penyebab Tabrakan KA Turangga-KA Bandung Raya, Ini Kata KAI
Kereta ini melintasi stasiun-stasiun penting seperti Cipeundeuy, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, dan banyak lagi, hingga tiba di Surabaya Gubeng.
Tiket KA Turangga ditetapkan memiliki variasi harga mulai dari Rp 480.000 hingga Rp 630.000.
Dikutip dari Tribunnews (6/1/2024), kereta ini menyediakan fasilitas berupa tempat duduk, meja makan, selumut, AC, tirai, stop kontak, kursi yang bisa diatur sandarannya, pijakan kaki, rak bagasi, dan toilet.