Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Onomastika Nama Satwa Kata Ulang

Kompas.com - 04/01/2024, 23:28 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

MESKI Shakespeare pernah bertanya tentang apa arti sebuah nama, manusia cenderung memberi nama kepada apapun yang kongkret sampai abstrak di alam semesta ini.

Menarik, menyimak fakta bahwa bahasa Indonesia asyik memberi nama kepada satwa dengan menggunakan kata ulang dalam makna tunggal.

Untuk sementara ini saya baru berhasil menghimpun beberapa nama satwa dengan kata ulang yang disusun berdasar jenis:

  • Burung: Alap-alap, Roko-roko, Wili-wili
  • Mamalia: Berang-berang, Biri-biri, Lumba-lumba
  • Serangga: Anai-anai, Kunang-kunang, Kupu-kupu, Orong-orong, Undur-undur yang sebenarnya larva
  • Ikan: Julung-julung, Kepe-kepe, Layang-layang, Sapu-sapu. Sementara Lele secara linguistik masih diperdebatkan merupakan nama kata ulang atau sekadar satu kata yang diulang, yaitu “le” menjadi “lele” bukan lele-lele.
  • Satwa air: Cumi-cumi dan Ubur-ubur
  • Primata: Malu-malu, Owa-owa, Wau-wau
  • Paguroidea: Umang-umang
  • Reptil: Kura-kura, Labi-labi, Soa-soa
  • Krustasea: Ukem-ukem yang juga disebut sebagai Undur-undur Laut.

Menarik bahwa Krustasea disebut Udang-udangan meski Primata tidak disebut Orang-orangan.

Apabila larva boleh dianggap jenis satwa, maka masih ada Uget-uget untuk mendampingi Undur-undur.

Berdasar gaya berjalan yang miring sebenarnya kepiting pantas disebut Miring-miring, sementara akibat pantang mundur maka banteng layak menyandang nama Maju-maju.

Dihitung secara kuantitas nama kata ulang satwa terbanyak berada pada jenis serangga dan ikan. Sementara jenis paguroidea dan krustasea memegang rekor tersedikit disusul satwa air kemudian mamalia, reptil dan burung pada posisi tengah.

Namun secara kualitas berdasar paradigma metabahasa, segenap nama satwa kata ulang pada hakikatnya setara dalam daya tarik demi masing-masing secara komprehensif disimak, ditelaah serta dihayati dengan lensa antropolinguistik terutama onomastika sebagai ilmu pengetahuan sub-linguistik yang fokus berupaya mempelajari nama-nama.

Demi memangkas yang panjang menjadi singkat, nama satwa dalam bentuk kata ulang layak ditafsirkan sebagai fakta yang membuktikan secara meyakinkan sulit terbantahkan mengenai kemahakayaan perbendaharaan keanekaragam peradaban terkandung secara hakiki di dalam bahasa Indonesia. MERDEKA!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com